PASANG IKLAN DISINI

Tradisi Maleman di 10 Hari Terakhir Ramadan

waktu baca 2 menit
Senin, 1 Apr 2024 06:27 0 169 Dian A.

JEPARA – Mondes.co.id | Sepuluh hari terakhir terutama di malam ganjil pada bulan Ramadan dapat dikatakan sebagai hari yang istimewa.

Malam ini selalu dinantikan oleh umat muslim. Sebab, pada hari-hari tersebut, masyarakat meyakini akan turunnya malam Lailatul Qodar dan menjadi waktu yang tepat untuk memanjatkan doa.

Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Jepara Kiai Hisyam Zamroni mengatakan, Nabi Muhammad SAW memberikan motivasi kepada umat muslim untuk menghidupkan sepuluh hari terakhir bulan Ramadan.

“Para awliya nusantara memberikan inspirasi yang cerdas dengan membuat “Tradisi Maleman”,” ungkap Hisyam Zamroni, Senin (1/4/2024).

Dijelaskan Hisyam, tradisi maleman adalah sebuah perilaku keberagamaan yang dilakukan oleh kaum muslimin dalam menghidupkan 10 malam terakhir. Khususnya tanggal-tanggal ganjil yaitu tanggal 21, 23, 25, 27, dan 29.

Banyak cara yang dilakukan, seperti melakukan I’tikaf, salat Lailatul Qodar, salat tahajud, salat tasbih, salat taubat, salat hajat, dan Dzikir.

“Ini biasanya dilakukan di rumah maupun di masjid dan musala. Semuanya dalam upaya “branjang” datangnya Lailatul Qodar,” kata dia.

Acara Tradisi maleman menjadi penanda bahwa bulan Ramadan sudah memasuki hari 10 akhir, di mana pada jam tengah malam pukul 24.00 WIB, tanpa dikomando, masyarakat berbondong-bondong menuju masjid dan musala untuk melakukan ritual maleman.

Selain salat tersebut, biasanya diakhiri dengan dzikir istigasah untuk munajat kepada Allah SWT dengan keyakinan penuh bahwa tanggal-tanggal ganjil di 10 hari akhir bulan Ramadan adalah malam 1000 bulan Lailatul Qodar.

Baca Juga:  HUT Pramuka digelar di Karimunjawa, Sekda: Jangan Tergoda Politik Uang

“Dari sana kita tahu, bahwa perjumpaan teks agama dan penciptaan budaya memiliki daya dorong perilaku keberagamaan yang kontekstual, sistemik, inspiratif, dan aplikatif,” kata dia.

Terkadang, ada orang salah tafsir menyatakan perilaku keberagamaan “Tradisi Maleman” adalah tidak termaktub dalam teks agama. Padahal Tradisi Maleman adalah sebuah tafsir cerdas terhadap perintah Nabi Muhammad SAW tentang menghidupkan 10 hari akhir di bulan Ramadan yang begitu banyak.

“Semoga kita menjadi umat yang beruntung Ramadan ini dan mendapat Lailatul Qodar,” kata dia.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini