Tiga Syarat Miniatur Kapal Larungan yang Tidak Boleh Ditinggalkan

waktu baca 3 menit
Selasa, 25 Apr 2023 04:00 0 1040 mondes

JEPARA – Mondes.co.id | Pesta lomban atau larungan kepala kerbau sudah berlangsung ratusan tahun silam. Sebelum dilarung, kepala kerbau akan diletakkan di sebuah miniatur kapal lengkap dengan berbagai perlengkapan sesaji.

Ada beberapa syarat yang tidak boleh ditinggalkan saat membuat kapal miniatur ini. Apa saja syaratnya?

Terlihat beberapa nelayan sedang menyelessikan pembuatan miniatur kapal untuk pelaksanaan Pesta Lomban, yang akan berlangsung Sabtu 29 April 2023 pagi.

Kapal miniatur inilah yang akan dilarung bersama kepala kerbau dan menjadi pusat perhatian ribuan wisatawan.

Miniatur atau replika kapal ini bukan sembarang kapal. Ada syarat khusus yang tidak boleh ditinggalkan oleh si pembuat kapal. Warisan leluhur ini sudah berlangsung ratusan tahun silam.

Pembuat miniatur kapal sesaji, Agus Mardika (49) mengatakan pembuatan miniatur tempat sesaji dikerjakan sejak akhir Ramadan lalu. Miniatur dibuat dengan ukuran panjang 5 meter dan lebar 1 meter.

“Sejak Ramadan kami sudah mulai merangkainya,” kata Agus, Selasa 25 April 2023.

Menurut Agus, ada beberapa syarat atau bahan utama yang tidak boleh ditinggalkan saat prosesi larung kepala kerbau. Antara lain, kain putih, bambu apus, dan batang pisang raja.

“Untuk tiga bahan tersebut wajib. Termasuk kepala kerbau. Sedangkan yang lain hanya pelengkap saja,” ungkap Agus.

Menurutnya, tiga bahan tersebut sudah ada sejak ratusan tahun silam. Agus mengaku, sudah membuat miniatur kapal ini kurang lebih 20 tahun.

“Tiga syarat ini sudah dipesan oleh para leluhur nelayan di sini,” imbuhnya.

BACA JUGA :  Mengenal Firsty, Siswi Kudus Pembawa Sang Saka, Upacara di Istana Negara

Agus mengatakan tiga bahan ini memiliki makna tertentu. Seperti kain putih melambangkan ketulusan masyarakat Jepara atas rasa syukur kepada Allah SWT.

Kain tersebut ditempatkan menjadi lapisan dasar perahu, yang bermakna bahwa niatan tulus didasarkan pada rasa syukur kepada Allah SWT.

Tiga batang pisang raja itu diibaratkan rajanya setan, istilahnya makhluk gaib penghuni laut. Kemudian bambu apus itu ibaratnya untuk “nyunduk” batang pisang raja agar “apes” (takluk -red).

“Intinya agar para penghuni laut bisa tunduk, saat masyarakat nelayan pergi kelaut dan tidak mengganggu manusia,” ungkap Agus.

Agus bercerita sebelum membuat miniatur kapal ini pun pembuat harus melakukan puasa selama tiga hari.

Setelah jadi, miniatur ini pun dibawa ke rumah tokoh masyarakat setempat. Untuk ditempati sesaji dan diarak oleh nelayan ke TPI Ujungbatu, Kecamatan Jepara.

“Biar tidak mengganggu nelayan pada saat melaut. Intinya bukan arti masyarakat Jepara menyekutukan Tuhan itu tidak, tujuan intinya ikut syukur dan menyedahkannya pada laut,” sambung dia.

Serangkaian kegiatan pesta lomban bakal digelar mulai 28-29 April 2023. Diawali ziarah makam leluhur dan pagelaran wayang kulit pada Jumat 28 April 2023.

Sedangkan pada Sabtu 29 April merupakan puncak acara yakni Larungan Kepala kerbau dan Festival Kupat Lepet. (Ar/Dr)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini