JEPARA – Mondes.co.id | Penyebab kasus kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Jepara akhirnya terungkap. Hal ini setelah keluarnya hasil penelitian DBD di Jepara oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
“Sebagian telah selesai melakukan dari hasil penelitian vektor yang dilakukan di Desa Bugel Kecamatan Kedung dan Desa Pendosawalan Kecamatan Kalinyamatan yang melibatkan Balai Laboratorium Kesehatan Masyarakat (Litbangkes) Banjarnegara, menunjukkan DBD yang ada termasuk stereotip dengue 3 atau berbahaya atau ganas,” ungkap Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Penanganan Penyakit Menular pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jepara, dr Eko Cahyo Puspeno, kemarin.
Dari hasil penelitian, Balai Litbangkes Banjarnegara menemukan virus dengue pada nyamuk dan jentik. Ditemukan juga varian stereotip dengue 3 atau termasuk stereotip berbahaya.
”Maknanya ada transmisi transovarial. Ini sesuai dugaan kita. Artinya, dari telur nyamuk menjadi jentik dan nyamuk dewasa, semuanya sudah mengndung virus dengue,” kata dia.
Dengan transmisi transovarial, nyamuk tidak lagi harus menggigit pasien DBD untuk menularkan virus dengue. Karena sejak telur hingga jentik, nyamuk tersebut sudah mengandung virus dengue.
”Biasanya nyamuk Aedes Aegypti menularkan DBD setelah menggigit pasien DBD. Nah, saat ini tidak usah itu, dalam tubuh nyamuk sudah ada virusnya. Ketika menggigit langsung menularkan,” beber dr Eko.
Ia juga menjelaskan hasil penelitian stereotip darah yang ada di enam rumah sakit Jepara. Pada tahap I, ada 237 sampel darah pasien. Hasilnya, hampir seluruh darah mengandung stereotip Dengue 3. Tak pelak, pada kasus DBD tahun ini, banyak pasien mengalami Dengue Shock Syndrome (DSS) bahkan meninggal dunia.
”Ini stereotip ganas. makanya banyak kasus meninggal dunia,” bebernya.
Selain itu, disebutkan bahwa dari awal Januari hingga 25 Maret, terdapat 1.771 kasus DBD di Kabupaten Jepara. Ada 20 orang meninggal dunia akibat virus dengue.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar