PATI – Mondes.co.id | Lahan tambak garam di Kabupaten Pati mencapai 2.901,62 hektar.
Tambak tersebut terbentang dari Kecamatan Batangan, Kecamatan Juwana, Kecamatan Wedarijaksa, hingga Kecamatan Trangkil.
Namun, tambak garam di Kabupaten Pati tidak sepenuhnya mampu digunakan untuk produksi mengolah garam setiap tahun.
Pasalnya, proses petambak menggunakan lahan untuk mengolah garam hanya saat di luar musim penghujan.
Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Pati, melalui Pembina Mutu Hasil Kelautan, Ari Wibowo menjabarkan apabila tambak di Kabupaten Pati yang biasanya dipakai untuk produksi garam, hanya berlangsung pada Mei sampai dengan November saja.
Sedangkan, tambak akan beralih fungsi menjadi tempat budi daya ikan pada Januari sampai April, termasuk saat ini.
“Lahan kita tidak bisa murni dilakukan untuk garam, pada penghujan digunakan budi daya ikan bandeng. Di Mei sudah memasuki kemarau maka persiapan, bulan Juni sampai dengan Agustus menjadi waktu efektif produksi garam karena panas, selanjutnya ketika musim hujan datang, sudah tidak ada produksi lagi,” ungkapnya kepada Mondes.co.id, Jumat (24/1/2025).
“November awal masih ada produksi, lalu minggu kedua mulai berkurang karena hujan, sehingga lahannya ndak bisa. Kalau musim hujan berhenti produksi,” sambung Ari.
Ia mengatakan, saat musim penghujan seperti saat ini tiba, maka aktivitas produksi garam di tambak berhenti..
Sehingga serapan garam di Kabupaten Pati untuk pengrajin maupun stok pasaran memanfaatkan garam yang masih tersedia.
Selain itu, kadangkala pelaku usaha mendatangkan garam dari luar daerah.
“Di Kabupaten Pati selalu ada stok, ketika produksi dalam daerah habis, maka mendatangkan dari daerah lain seperti Rembang, Jepara, bahkan Jawa Timur. Pasalnya, banyak sekali pelaku usaha pengolahan garam, termasuk garam briket, sehingga ketika stok susah mendatangkan dari luar daerah,” beber Ari.
Meskipun Kabupaten Pati menjadi wilayah penghasil garam tertinggi ke-2 di Indonesia, namun ada masanya produksi berhenti lantaran faktor alam seperti keberadaan sinar matahari, apalagi pengaruh matahari tidak pernah lepas dari pengolahan garam tambak.
Selain itu, pengolahan garam juga memerlukan waktu. Hal itu karena prosesnya butuh cahaya matahari yang memadai, air yang cukup, serta sarana dan prasaran seperti ulir maupun meja garam.
“Tidak serta merta pas musim kemarau langsung jadi garam, karena tambak diubah dulu dari budi daya ikan menjadi tambak pengolahan garam. Harus ada meja garam, ulir, air,” sebut Ari.
Perlu diketahui, waktu paling efektif mengolah garam membutuhkan 10 hari.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar