PATI – Mondes.co.id | Seorang guru Taman Kanak-Kanak (TK) di Dukuh Semen, Desa Karangmulyo, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati harus banting tulang menambah penghasilan di tengah sibuknya pekerjaan sebagai pendidik.
Wanita bernama Umi Musyarofah (27) tidak sanggup mengandalkan pendapatan dari gaji guru untuk penyangga hidup, sehingga terpaksa memiliki usaha sampingan.
Di kesehariannya, guru honorer di TK Wisanggeni, Desa Karangmulyo tersebut harus mengajar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dengan kesabaran, walau upah yang diterima jauh dari layak.
“Dulu awal-awal gaji saya Rp200 ribu per bulan, sekarang Alhamdulillah sudah naik jadi Rp275 ribu,” katanya, Senin, 3 Maret 2025.
Bagi Umi, menjadi guru honorer dengan gaji minim adalah bagian dari proses hidup yang harus dijalani.
Ia menganggapnya sebagai pengalaman dan pembelajaran.
Namun, kenyataan bahwa gajinya tak mencukupi, membuatnya harus mencari sumber pendapatan tambahan.
Usai mengajar, Umi sibuk merangkai karya. Tangannya terampil menyusun mawar, mengikatnya dengan kain, lalu membentuknya menjadi buket yang indah.
Pekerjaan ini ia geluti sejak 2019, bermodalkan keterampilan yang didapat ketika masih kuliah di Kabupaten Rembang.
“Saya belajar merangkai buket waktu kuliah dulu. Kampusnya Mbah Maimoen (STAI Al Anwar), sekaligus mondok di sana,” jelas Umi.
Meski tidak selalu ramai pembeli, ia konsisten menjalankan usaha sampingannya.
Biasanya, buket buatannya laris ketika ada momen tertentu, seperti wisuda atau momen ulang tahun.
“Kalau hari biasa, paling hanya laku tiga.Tapi kalau ada momen kelulusan, bisa lebih ramai,” ungkapnya.
Seperti banyak guru honorer lainnya, Umi juga ingin mendapatkan kesejahteraan yang lebih baik.
Namun, impian untuk menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) pupus karena aturan baru yang mengharuskan pendaftar memiliki latar belakang pendidikan yang linier dengan bidang yang diajarkan.
“Jurusan saya tidak pendidikan, jadi tidak bisa daftar PPPK,” ucapnya dengan kecewa.
Meski demikian, Umi tetap bersemangat mengejar cita-citanya. Ia tak ingin berhenti hanya sampai di sini.
“Pengen lanjut S2, S3, harus tinggi cita-cita itu. Masa kalau ada niat tidak ada jalannya?” tegasnya optimis.
Bagi Umi, keterbatasan bukan alasan untuk menyerah. Dengan semangat dan kerja keras, ia terus berusaha mencari jalan terbaik untuk masa depan dirinya dan keluarganya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar