PATI – Mondes.co.id | Menjadi bermanfaat bagi sesama bisa dilakukan kapanpun, dimanapun, dan dalam peran apapun.
Jika ada niat baik, maka dalam kondisi apapun seseorang mampu memberi layanan terbaik untuk sesama umat manusia.
Hal inilah yang dapat diteladani dari sosok purnawirawan polisi asal Kabupaten Pati, yakni Kompol (Purn) Sutamto.
Usai pensiun dari institusi kepolisian, Sutamto mendedikasikan diri untuk kembali menjadi bagian dari masyarakat.
Dirinya ikut berkontribusi sebagai inisiator bareng warga di kompleknya untuk merenovasi masjid, yakni Masjil Al Ikhlas, Karangdowo, Pati.
Bahkan, kepeduliannya pada kawasan permukiman tersebut, berhasil mempercepat pembangunan dengan adanya donatur serta kepedulian sosial umat untuk mendukung pengembangan masjid tersebut.
“Saya dan para saudara-saudara Muslim berusaha untuk peduli bergerak memperbaiki masjid. Kami bekerja gotong bareng warga setiap hari untuk mengembangkan masjid ini supaya bisa menjadi lebih nyaman dan memuat kapasitas yang cukup,” ujar eks Kepala Satuan Kepolisian Air dan Udara (Satpolairud) Kepolisian Resor Kota (Polresta) Pati saat diwawancarai awak media, Kamis, 15 Mei 2025.
Menurut Sutamto, para umat Muslim sangat membantu dalam berpartisipasi untuk pengembangan Rumah Allah ini.
Berbagai kalangan, dari perwira tinggi kepolisian, pengusaha, dan rekan-rekan kenalannya dari para pejabat publik, turut berdonasi untuk masjid tersebut.
“Ini pembangunan berasal dari uang kas dan umat yang bersedekah, kami bergerak mengelola untuk kemudian dikembangkan dalam pengadaan ornamen serta bagian-bagian Masjid Al Ikhlas ini. Kami himpun donasi dari uang saudara yang peduli mulai dari rekan-rekan dinas saya dulu, seperti Pak Andhika (eks Kapolresta Pati), bos-bos kayu, bos-bos kapal, atau nelayan kenalam saya sewaktu kerap silaturahmi di kawasan perairan saat masih bertugas di Satpolairud,” ungkap pria 58 tahun itu.
Ia menjelaskan jika pembangunan masjid yang dimulai pasca Lebaran itu memasuki tahap finishing. Masjid yang awalnya berkapasitas 100 sampai 150 jemaah itu, kini mampu memuat 200 hingga 300 jemaah.
“Pembangunan belum selesai, tinggal kubah. Warga sangat antusias memakmurkan masjid dan pengembangan masjid ini, bahkan saat tarawih selama 30 hari selalu full dari dalam hingga teras,” urainya.
Sebagai seorang yang pernah mengabdi pada negara, Sutamto berprinsip pangkat dan jabatan setelah kembali ke masyarakat akan setara.
Walaupun dirinya telah berbuat banyak untuk bangsa dan negara selama menjabat di institusi Kepolisian Republik Indonesia (Polri), ia memandang jika kontribusinya secara nyata akan lebih terasa oleh masyarakat ketika purna tugas.
“Ya prinsip pangkat, jabatan setelah kembali ke masyarakat, masyarakat yang akan menilai. Polisi itu sudah berbuat baik tetapi belum tentu diterima baik apalagi berbuat salah, jadi masyarakat yang akan membuktikan setelah pensiun,” ujar pria kelahiran Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tersebut saat berdiskusi bersama awak media.
Sosok tegas itu mengatakan bahwa hidup menjadi lebih bermakna ketika berada setara dengan masyarakat.
Walaupun terkadang masyarakat menilai Sutamto cerewet, tapi perannya di perumahan sangat berdampak dalam pembinaan untuk lebih tertib dan taat.
Ia menemukan kedamaian selama dekat dengan masyarakat.
Hidupnya jauh lebih tenang ketika mampu menjalani peran sebagai warga biasa di tengah prestasinya yang gemilang sebagai petinggi Polresta Pati.
“Pensiun, seolah jalan baru dimulai dari kehidupan, anak sehat, harta berkah, menguliahkan anak hingga S2, bisa bantu anak-anak yatim. Ahamdulilah bisa ibadah haji, tetap bersyukur pensiun bisa berkebun dan memakmurkan masjid, adem ayem,” tutur purnawirawan polisi yang berjasa dalam reboisasi kawasan hutan mangrove di pesisir Kabupaten Pati itu.
Saat menjadi Kepala Satpolairud Polresta Pati, dirinya meninggalkan jejak dalam penertiban kapal-kapal yang terparkir di muara Sungai Silugonggo.
Dirinya juga berjasa dalam mencegah abrasi di pesisir pantai Bumi Mina Tani berkat gagasannya menanam puluhan ribu tanaman mangrove.
“Dulu waktu di Satpolairud menertibkan kapal-kapal yang bersandar membuat kemacetan aliran sungai menuju laut, dan menghambat laju kapal yang berlaut. Kemudian, menanam mangrove terbesar kawasan pantai Pati itu sejak era saya memimpin Satpolairud,” terangnya.
Walau telah pensiun, figur Sutamto masih melekat di hati masyarakat dan para polisi di Kabupaten Pati.
Sebagai sosok pemimpin, ia percaya jika setiap amanah harus dipikul bersama-sama.
“Anak buah gelisah saat saya tinggal apa yang direnungkan saat ini. Saat saya di tengah-tengah anak buah, saya bersikap apa adanya, apa yang saya makan sama anak buah marasakan enak dan tidak, maka sama-sama dipikul bareng,” ucap polisi yang juga pernah berkecimpung di dunia sepak bola tersebut.
Pensiunan Polri yang telah banyak makan asam garam itu memiliki prinsip hidup yang kuat. Ia yakin jika ada kemauan, maka dimanapun setiap manusia bisa sukses.
“Semboyan saya kalau ingin maju tinggalkan tanah kelahiranmu untuk berberprestasi. Setelah berprestasi jangan lupa tanah kelahirannya, maka akan menjadi kebanggaan tersendiri,” kata mantan wasit yang pernah berkontribusi di kasta tertinggi Liga Indonesia itu.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar