Suara Gesekan Musik di Tengah Riuhnya Kota Pati, Ada Kisah Penjual Kembang Gula dari Jepara

waktu baca 2 menit
Selasa, 4 Mar 2025 12:45 0 195 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Pria ini setiap hari berangkat pulang-pergi (PP) dari Kabupaten Jepara ke Kabupaten Pati untuk menyambung hidup.

Ia adalah Edi Kisworo (49), seorang penjual jajanan tradisional rambut nenek yang tampil eksentrik membawa alat musik gesek untuk menarik perhatian masyarakat Kota Pati.

Setiap pukul 03.00 WIB, Edi berangkat dari Kota Ukir menaiki bus antar provinsi untuk berjualan.

Setelah sampai di Bumi Mina Tani, ia mangkal menjajakan kuliner tradisional rambut nenek di depan Kantor Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Pati, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Soewondo, bahkan ke Desa Tanjang (Kecamatan Gabus).

Kemudian, Edi pulang dari penatnya bekerja pukul 20.00 WIB.

Setiap hari tak pernah absen berjualan, kecuali ketika ada acara keluarga atau hajat tertentu.

“Pagi berangkat jualan, ngantos sonten (sore),” katanya.

Bagi masyarakat Kota Pati, pasti tidak asing dengannya.

Dengan berjalan kaki di kawasan kota, dirinya membawa dagangan yang familiar disebut arum manis, sembari memainkan alat musik geseknya dengan berjalan kaki.

Usaha yang Edi jalani sudah turun-temurun dari keluarga, bahkan ia mulai menjajakan aneka makanan tradisional sejak duduk di bangku sekolah.

Ia mengakui, hal itu dilakukan untuk mencari jalan terbaik bagi kehidupannya dan keluarga.

“Kulo Edi Kisworo, saking Jepara, mpun turun-temurun dari bapak, mulai dagang jajanan kuno SD,” jelasnya.

Dalam sehari, ia bisa memproduksi sekitar satu sampai tiga kilogram kembang gula (nama lain rambut nenek atau arum manis).

BACA JUGA :  Hotel Semarang, Kini Terbengkalai Penuh Kisah Mistis Menghantui

Makanan ini berasal dari komposisi gula, tepung, air, dan minyak goreng. Pembuatannya masih menggunakan peralatan tradisional.

Edi mengaku lebih senang berjualan dengan berjalan kaki, karena cara tersebut paling cepat mendapatkan pelanggan.

Harga jajanan yang dijajakannya pun terjangkau, mulai dari Rp2 ribu hingga Rp5 ribu.

Per hari bisa mendapatkan penghasilan antara Rp150 ribu hingga Rp300 ribu.

“Yang namanya orang dagang, ada laris manis, kadang ada sepet. Bisa sampai Rp300 ribu kalau ramai di hari biasa,” tutur Edi saat ditanya.

Namun, di masa Ramadan, pendapatannya menurun karena jarang ada yang membeli di waktu siang hari.

“Kalau Ramadan turunnya, paling banyak sekarang dapat Rp150 ribu, Rp50 ribu untuk ongkos mlampah (perjalanan), Rp100 ribu untuk keluarga, Rp50 ribu untuk bahan,” imbuhnya.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini