Solidaritas Kepada Penderita HIV AIDS di Pati Digaungkan

waktu baca 3 menit
Senin, 1 Des 2025 16:49 0 33 Vindi Agil

PATI – Mondes.co.id | Warga lintas komunitas di Kabupaten Pati menggelar aksi edukasi dan solidaritas kepada penderita HIV/AIDS di depan GOR Pesantenan Pati.

DBHCHT TRENGGALEK

Kegiatan ini digelar dalam rangka memperingati Hari AIDS Sedunia yang bertepatan pada 1 Desember.

Para relawan membagikan bunga dan buku kepada pengendara sebagai simbol dukungan, sekaligus menyampaikan pesan darurat tentang lonjakan kasus HIV/AIDS di Pati.

Prasetyo, dari komunitas Rumah Matahari, menegaskan bahwa gerakan ini bukan sekadar seremoni, tetapi respons langsung atas situasi epidemi yang semakin meningkat dan kerap disertai stigma sosial.

“Kami komunitas non-profit yang mendampingi teman-teman ODHA, mendukung kesehatan mereka, edukasi, bimbingan, termasuk memastikan pengobatan ARV tetap kontinu agar imunitas tidak terganggu,” ujarnya usai membagikan bunga dan buku.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Pati yang dihimpun hingga September 2025, total kasus HIV/AIDS di Pati mencapai 3.217 kasus sejak tahun 1996.

Namun yang lebih mengkhawatirkan, menurut Prasetyo, temuan kasus baru rata-rata muncul setiap hari.

“Iya, satu kasus sehari. Itu baru temuan kami di lapangan. Seperti gunung es, angka sebenarnya bisa jauh lebih besar,” jelasnya.

Kasus dominan terjadi pada rentang usia produktif 20-40 tahun, dengan faktor penyumbang terbesar justru dari ibu rumah tangga, termasuk temuan terbaru pada ibu hamil dan anak-anak.

“Trennya meningkat selama setahun terakhir, terutama ibu rumah tangga yang tanpa merasa berisiko, tiba-tiba sudah terjangkit. Ada juga anak-anak, sebagian karena terpapar dari orang tua, akibat edukasi yang kurang,” tambahnya.

Untuk itu, Rumah Matahari saat ini juga aktif melakukan pendampingan bagi 30 anak usia SD hingga SMA, serta menggiatkan edukasi ke komunitas ibu hamil.

BACA JUGA :  29.319 Surat Suara Rusak Dimusnahkan Sebelum Pencoblosan

Prasetyo mengungkapkan, dalam sejumlah kasus, ada ibu hamil yang positif, tetapi anaknya negatif, menunjukkan bahwa intervensi ARV berperan besar mencegah transmisi vertikal.

Rumah Matahari juga menggandeng komunitas penintas, seni, dan lingkungan untuk menyebarkan edukasi, salah satunya lewat podcast dan lomba poster di gedung DPRD Pati.

Menurut Prasetyo, pendekatan kolaboratif ini penting karena stigma di tengah masyarakat masih sangat kuat.

Aksi pembagian bunga dan buku ini dimaksudkan agar pesan kesehatan terjamin sampai ke publik luas secara santun, simbolik, dan menyentuh.

“Kami ingin semua paham HIV/AIDS di Pati itu naik setiap hari, satu kasus per hari. Ini bukan aib, ini tanda kita harus makin peduli dan makin waspada,” jelasnya.

Di lokasi kegiatan yang sama, programmer HIV/AIDS dari Puskesmas Jakenan, Dwi Sri Susiloningsih, mengungkap bahwa Puskesmasnya menangani 102 pasien HIV/AIDS.

Dari total tersebut, mayoritas bukan warga Pati, melainkan pasien rujukan dari luar kabupaten, bahkan luar provinsi, seperti dari Tuban dan Lamongan.

“Obat ARV dan pendaftarannya gratis, kami berikan pelayanan sebulan sekali untuk memastikan kepatuhan pengobatan,” katanya.

Meskipun ada 5 pasien yang sempat putus pengobatan, 2 orang sudah kembali menjalani terapi, berkat koordinasi pelacakan bersama Rumah Matahari.

Hingga November 2025, Puskesmas Jakenan mencatat 19 pasien baru yang memulai terapi ARV.

Namun, Dwi menekankan bahwa data yang besar di Pati tidak selalu mencerminkan domisili, karena mayoritas pasien yang berobat bukan asli wilayah Pati.

“Jadi kalau data Pati tinggi, perlu kami luruskan, yang berobat di sini banyak yang dari luar kabupaten dan provinsi,” pungkasnya.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini