JEPARA – Mondes.co.id | Bangsa Indonesia akan memperingati Hari Lahir Pancasila yang jatuh pada tanggal 1 Juni.
Hari lahir ini ditandai dengan pidato yang dilakukan oleh Presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang Dokuritsu Junbi Cosakai (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
Dalam pidatonya pertama kali mengemukakan konsep awal Pancasila yang menjadi dasar Negara Indonesia.
Peringatan Hari Lahir Pancasila memiliki makna yang sangat mendalam bagi Bangsa Indonesia. Termasuk penghargaan atas perjuangan pendiri bangsa yang telah berjuang merumuskan dasar negara yang kokoh. Namun bagimana dengan sekarang?
Sekitar seratus orang orang dari latar belakang yang berbeda, mulai dari pelajar, mahasiswa, guru, akademisi, tokoh budaya, dan masyarakat mengikuti Dialog Kebangsaan Peringati Hari Lahir Pancasila.
Dengan mengambil tema “Menyongsong Hari Lahir Pancasila, Menguatkan Akar Kebangsaan Indonesia”, menghadirkan sejumlah narasumber yaitu Prof Dr Alamsyah, S.S, M.Hum (Dekan Fakultas Ilmu Budaya Undip Semarang), Udik Agus DW ( pendidik), Fakrudin Brodin (budayawan), dan Hadi Priyanto (penulis). Dialog dipandu oleh Didin Ardiyansah (seniman).
Kegiatan merupakan inisiasi dari Yayasan Kartini Indonesia di Ruang Pertemuan Sultan Hadirin Kantor OPD Bersama Lantai 3 Jepara.
Hadir juga Kepala Diskominfo Arif Darmawan dan anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah, Andang Wahyu Triyanto.
Ada yang menarik dalam acara ini, saat menyanyikan lagu Mars Jepara yang dipimpin oleh Mahmuda diiringi langsung oleh Kris Boediyanto, pencipta aransemen lagu tersebut.
Sekretaris Umum Yayasan Kartini, Indria Mustika dalam pengantarnya mengungkapkan, tujuan dialog budaya ini adalah memperkuat pemahaman generasi muda terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara, sekaligus panduan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Kita ingin kembali membangun minat, spirit dan tekad untuk terus menjadikan Pancasila sebagai ideologi dan jiwa bangsa,” ujarnya, Jumat (30/5/2025).
Sementara Bupati Jepara dalam sambutannya yang disampaikan Kepala Diskominfo Arif Darmawan menyampaikan apresiasi setinggi-tinggginya kepada penyelenggara dan semua yang hadir. Lantaran dengan forum ini, kita makin menguatkan kesadaran betapa pentingnya Pancasila.
“Pancasila, sebagai dasar negara, adalah warisan ideologis yang lahir dari perenungan mendalam para pendiri bangsa, dan hingga hari ini, tetap menjadi penjaga keutuhan dan keberagaman bangsa kita,” ungkapnya.
Menurut Witiarso Utomo, dialog ini sangat sejalan dengan visi Pemerintah Kabupaten Jepara, yakni: “Bersama Membangun Kabupaten Jepara yang Makmur, Unggul, Lestari, dan Religius.”
Di dalamnya termuat komitmen kita bersama untuk membangun manusia Jepara yang unggul secara karakter, kuat secara budaya, dan tangguh secara moral.
“Ini adalah nilai-nilai yang juga menjadi inti dari Pancasila. Pancasila bukan hanya filosofi negara, tapi harus menjadi nilai yang menghidupkan tata kelola pemerintahan, kehidupan sosial, hingga wajah kebudayaan lokal,” tegasnya
Sementara Andang Wahyu Triyanto, anggota DPRD Jawa Tengah mengajak semua pihak untuk terus menjaga nilai dan spirit Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
“Melalui dialog budaya ini kita ingin menegaskan pentingnya komitmen menjaga Pancasila dan merawat semangat persatuan dalam bingkai Kebhinnekaan,” ungkap Andang Wahyu Triyanto.
Dalam dialog ini para pembicara membahas relevansi Pancasila dalam menghadapi tantangan globalisasi, intoleransi, dan polarisasi sosial yang semakin menguat di tengah-tengah masyarakat. Juga spirit dan nilai Pancasila yang semakin ditinggalkan.
Prof. Dr. Alamsyah dalam paparannya mengingatkan pentingnya komitmen semua pihak untuk merawat dan menjaga Pancasila.
Namun, ia juga mengungkapkan kegelisahan terhadap internalisasi Pancasila yang seringkali kita rasakan sangat lemah.
“Sebenarnya kita memerlukan role model yang bergerak dari atas hingga bawah. Namun yang nampak justru ketidakpastian,” ujarnya.
“Karena itu dalam dalam konteks individual, kita tidak perlu menunggu dan mencari role model. Tetapi yang terpenting adalah bagaimana kita melakukan internalisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, sebagai proses penanaman dan pemahaman nilai-nilai dasar Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, baik secara individu maupun sosial,” ungkap Alamsyah.
Kita bergerak dari lingkup kita sendiri, untuk diri kita sendiri, dan kita laksanakan sendiri.
Peserta dialog tampak antusias berdiskusi, terutama dalam sesi tanya jawab yang membahas isu-isu kekinian seperti peran guru dan pelajar dalam demokrasi, serta pendidikan karakter berbasis Pancasila.
Dalam dialog budaya ini juga ditampilkan Musikalisasi Puisi Oleh Septiana Wibowo dengan judul “Surat Untuk Ayundya Kartini” karya Arif Khilwa.
Di samping itu juga Nur Komar saat membawakan puisi “Di bawah Bendera yang Sama” oleh Nur Komar dan puisi “Dimana Kutemukan Pancasilaku?” oleh Udik Agus DW.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar