REMBANG – Mondes.co.id|Wakil Bupati Rembang, Mochamad Hanies Cholil Barro’, melontarkan aspirasi visioner agar Kabupaten Rembang didaulat menjadi tuan rumah penyelenggaraan kongres perempuan, mendatang.
Harapan tersebut bergulir saat membuka rangkaian acara puncak peringatan Hari Kartini Tahun 2025 yang khidmat di kompleks Pendopo Museum Kartini, kemarin.
Semarak peringatan Hari Kartini diwarnai dengan beragam kompetisi yang menjunjung tinggi nilai-nilai tradisi dan kreativitas, termasuk lomba Ngadi Sarira, Kreasi Hantaran, dan Ngadi Busana.
Di tengah kemeriahan tersebut, Wakil Bupati Hanies menyampaikan landasan kuat di balik ambisinya.
Wabup menyoroti signifikansi historis Rembang sebagai tanah peristirahatan terakhir Raden Ajeng Kartini, figur sentral dalam perjuangan emansipasi kaum wanita di Indonesia.
“Dalam catatan sejarah, kongres perempuan baru terlaksana sebanyak tiga kali, yakni pada tahun 1928, 1935, dan 1938. Rentang waktu yang cukup panjang telah berlalu,” ungkap Wakil Bupati Hanies.
Dirinya juga menekankan urgensi penyelenggaraan kembali kongres perempuan, mengingat perannya yang krusial dalam mengadvokasi hak-hak kaum hawa, serta mendorong partisipasi aktif perempuan dalam dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara.
Peringatan Hari Kartini dipandang sebagai momentum yang tepat untuk merevitalisasi semangat kongres perempuan yang pertama kali menggema pada 22 Desember 1928 di Yogyakarta.
“Peringatan Hari Kartini seperti ini memiliki potensi besar untuk diisi dengan kongres perempuan, bahkan dengan skala dunia jika memungkinkan, tidak terbatas pada Indonesia saja. Kita akan merumuskan gagasan ini untuk membahas isu-isu terkini yang relevan, dan tentu saja kita ingin menyelenggarakannya di sini, di tempat peristirahatan terakhir Ibu Kartini,” tuturnya dengan antusias.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Bupati Hanies mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya kaum perempuan, untuk melanjutkan estafet perjuangan R.A. Kartini.
Wabup menggarisbawahi esensi mewujudkan nilai-nilai luhur perjuangan Kartini melalui aksi nyata dan kontribusi positif.
“Inovasi dan kreativitas adalah hak semua, bukan hanya kaum pria. Wanita juga memiliki kapasitas intelektual dan daya cipta yang sama, sehingga mampu mewarnai pembangunan di Indonesia menjadi lebih baik dan inklusif,” pungkasnya, menyerukan semangat pemberdayaan perempuan di berbagai lini.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar