Potret Priyono, Darah dan Air Mata Sang Pejuang

waktu baca 3 menit
Jumat, 11 Agu 2023 17:04 0 1082 Vindi Agil

PATI – Mondes.co.id | Terlahir pada tahun 1956 silam, dari garis keluarga pejuang kemerdekaan Indonesia. Priyono, merupakan satu dari sekian saksi hidup betapa bengisnya para tentara-tentara asing saat menjajah bumi pertiwi dan juga memecah belah bangsa.

Veteran Pembela Kemerdekaan asal Kabupaten Pati ini mengaku, selama ditempatkan di perbatasan Timor Leste kurang lebih 11 Tahun. Hampir setiap hari ia melihat rekan sejawatnya gugur demi merah putih saat kontak senjata dengan tentara asing.

Gejolak politik di Timor Leste yang kala itu masih bernama Timor Timur, tidak bisa dihindari karena berbagai problem di dalamnya.

Ratusan bahkan ribuan tentara dari Indonesia gugur berjatuhan di rerimbuhnya hutan belantara, saat letupan bubuk mesiu mulai riuh terdengar di telinga.

“Pada tanggal 7 Desember tahun 1975 gejolak kontak senjata di sana sudah tidak bisa dihindari, perang antara suku, golongan dan antar lawan politik di sana setiap hari hampir terjadi. Sangat banyak sekali rekan-rekan saya yang tumbang bahkan hampir setiap hari itu sudah biasa,” ujar Priyono saat ditemui di Gedung Juang 45, pada Jumat, 11 Agustus 2023.

Lelaki berusia 67 tahun ini mengaku, masih mengingat detail setiap momen yang pernah dilalui bersama rekan sejawatnya di medan peperangan.

Ketika melihat batu nisan para pembela kemerdekaan yang telah gugur, tak kuasa ia menahan air mata yang hendak jatuh dari kelopak.

Sembari memandang atap langit kantornya yang sudah tak putih lagi, tak sadar bola mata Priyono mulai berkaca-kaca.

BACA JUGA :  Upaya Penguatan Psikis dan Pendampingan Hukum bagi Keluarga Korban Pembunuhan di Jaken Terus Berjalan

“Setiap lihat batu nisan si A saya ingat, oh ini dulu teman saya bermain catur saat berjaga di pos. Kemudian lihat nisan si B teringat itu adalah tetangga sebelah saya,” ungkapnya.

Sambil membenahi arloji tua yang dikenakan, Priyono melanjutkan bercerita, betapa gagahnya sang ayah saat membela merah putih dengan segenap jiwa dan raga.

Walau hanya membawa bambu runcing di genggaman tangan, sang ayah tak ragu merangsak maju melawan agresi militer Belanda yang kala itu hendak merusak kemerdekaan Indonesia.

Mewarisi darah perjuangan yang mengobar inilah, lantas Priyono bertekad mengabdikan diri bagi nusa dan bangsa Indonesia.

“Bapak saja juga seorang pejuang kemerdekaan mas, di kala itu jiwa nasionalismenya sangat tinggi, para pejuang ini sangat menginginkan penjajah pergi dari Indonesia. Dari sana saya bertekad teguh untuk mengabdikan diri bagi Indonesia,” tegas lelaki tegap ini.

Di dalam ruangan sempit yang hanya berukuran 3 x 3 meter, lelaki tua yang semangatnya masih berkobar ini selalu berpesan kepada kaum muda, agar selalu mencintai negeri Indonesia dengan sepenuh hati.

Mengingat, untuk meraih serta menjaga kemerdekaan bukanlah perkara mudah, nyawa selalu dipertaruhkan dengan butir-butir timah panas saat di medan pertempuran.

Setiap kali ada anak-anak sekolah yang mengunjungi kantornya untuk belajar sejarah, ia selalu memotivasi mereka agar kelak bisa menjadi putra-putri Indonesia yang membanggakan serta memiliki rasa nasionalisme yang kuat.

Sebelum menutup perbincangan, Veteran Pembela Kemerdekaan dari Purnawirawan TNI AD itu bertutur, jika Indonesia ini sungguh bangsa yang luar biasa. Dengan segala keterbatasan mereka mampu menggapai Kemerdekaan.

“Bangsa ini sungguh hebat, kita harus terus menjaga persatuan dan kesatuan demi Indonesia kedepan supaya lebih baik,” pungkas mantan anggota Kodam Udayana Bali ini.

BACA JUGA :  Dishub Dirikan Posko Terpadu Guna Pantau Kemacetan Pantura Pati-Rembang

Editor: Harold Ahmad

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini