Petani Jahe Harap Ada Harga Pokok Penjualan

waktu baca 2 menit
Minggu, 13 Jul 2025 14:06 0 42 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Sejauh ini, belum ada yang mewadahi petani jahe untuk mengembangkan sayapnya dalam menganalisa hasil usaha pasca panen.

Tentu situasi demikian membuat petani resah.

Menurut salah seorang petan jahe asal Desa Gunungsari, Kecamatan Tlogowungu, Kabupaten Pati, Ngarjono, perlu ada kesepakatan penentuan Harga Pokok Penjualan (HPP) pada komoditas tanaman jahe.

Hal ini supaya petani jahe tidak dipermainkan oleh sejumlah oknum pembeli maupun pelaku industri dalam ketentuan harga.

“Harapanya ada HPP seperti padi yang mana HPP-nya Rp6.500 per kilogram, jagung yang HPP-nya Rp5.500 per kilogram. Sehingga ketika ada HPP kita sudah ada yang tahu harganya dan bisa menganalisa keuntungan dan kerugian,” ungkapnya saat ditanya Mondes.co.id, Minggu, 13 Juli 2025.

Ngarjono menyampaikan, harga jahe saat ini hanya Rp20.000 per kilogram.

Harga ini sangat anjlok drastis dibandingkan pada Maret dan April 2025 yang mencapai Rp26.000 per kilogram.

Situasi ini dipicu lantaran cuaca yang tidak bisa diprediksi menjelang masa panen.

Oleh sebab itu, fenomena demikian menyebabkan kerugian petani, lantaran cuaca tidak bersahabat.

Di samping itu, kerugian petani juga karena kurang memahami HPP.

Bayangkan jika ada HPP jahe, maka petani bisa mengetahui acuan modal membeli bibit.

“Harapan kami HPP jahe Rp25.000 per kilogram. Ketika sudah ada HPP, sudah tahun harga bibitnya per kilogram, dan tetap menjanjikan tinggal keberhasilan budi daya,” ujar Ngarjono.

Menurutnya, target penjualan jahe kurang menguntungkan usai pandemi Covid-19 berakhir.

BACA JUGA :  Potensi Pariwisata Rembang Dorong Pertumbuhan Ekonomi Lokal

Kebutuhan akan tanaman herbal mulai menurun, sehingga ia dan kawan-kawan menjualnya di pasar lokal saja.

“Pasarnya ndak banyak, pasar lokal ada. Kalau sebelumnya tahun pandemi kirim ke PT Sidomuncul juga. Kami kirim ke sana, ada channelnya di sana,” ungkapnya.

Bahkan, pada saat jahenya masih dipasok oleh PT Sidomuncul, ia mampu mengirimkan 2 ton ke perusahaan pengolah jamu herbal ternama se-Indonesia itu.

“Ketika pas panennya bersamaan dengan temen-temen kiranya bisa bersamaan, bisa kami tawarkan ke Sidomuncul,” tutupnya.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini