PATI – Mondes.co.id | Musim kemarau yang tak kunjung henti mengakibatkan lingkungan Pondok Pesantren Madinatul Qur’an, Desa Winong, Kecamatan Winong, Kabupaten Pati, kesulitan mengakses air bersih.
Kepala Sekolah Pendidikan Kesetaraan Pondok Pesantren Salafiah (PKPPS) Madinatul Qur’an, Muhammad Arief Hendarto mengatakan, sejumlah titik sumber air telah mengering.
Hilangnya sumber air bersih ini, bahkan telah berlangsung selama sebulan terakhir. Padahal, pesantren tersebut tidak hanya bergantung pada satu sumber saja.
“Satu bulan kekeringan ini. Ada delapan titik sumur, empat titik tidak keluar, kering,” ujarnya, Kamis (15/8/2024).
Akibatnya, aktivitas di lingkungan pesantren sedikit terganggu akibat terdampak bencana kekeringan.
Misalnya, santri, ustaz, maupun guru harus irit menggunakan air bersih, yakni dengan mandi cukup sehari sekali dan hemat air ketika mencuci pakaian.
“Masalah mandi dan wudu, tadi pagi tidak bisa salat duha. Karena memang tidak ada air. Ketiga mencuci baju, biasanya lancar setiap hari bisa sampai nyuci, sekarang tidak pasti,” imbuhnya.
Padahal, pesantren ini secara kumulatif memiliki sebanyak 330 santri dengan 50 guru/ustaz yang bermukim di lingkungan pesantren.
Arief mengungkapkan, untuk menyiasati kesulitan ini, pihak pesantren terpaksa membeli air bersih.
Tak main-main, pihak pesantren membeli tiga sampai empat tangki dengan kapasitas 8 liter air bersih untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
“Beli air tangki, sehari bisa empat kali. Harganya Rp200 ribu per tangki,” imbuhnya.
Menurutnya, bencana kekeringan pada tahun ini adalah yang paling parah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
“Tahun ini kekeringan paling parah,” ucapnya.
Santri Madinatul Qur’an, Kholilatur Rosyidah mengamini jika kesulitan air bersih berdampak bagi dirinya.
Mengingat biasanya sehari mencuci pakaian, namun kini hanya seminggu sekali.
Selain itu, untuk mandi yang biasanya sehari tiga kali, kini dia hanya mandi sekali saja.
“Air sulit. Kalau cuci baju tidak bisa sehari sekali. Jadi tiga hari sekali seminggu sekali,” tuturnya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar