Penghasilan Hingga Puluhan Juta, Peternak Asal Pati Telateni Budi Daya Babi

waktu baca 5 menit
Sabtu, 3 Feb 2024 14:19 0 1184 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Tumbuh kembang yang cepat membuat peternakan babi memiliki potensi besar untuk memberi kontribusi signifikan terhadap perekonomian. Hal ini dilakukan oleh Karnoto yang merupakan pelaku bisnis peternakan di Kabupaten Pati, tepatnya di Desa Payak, Kecamatan Cluwak.

Dirinya memulai budi daya babi ternak sejak 2015. Bahkan, penjualan babi ternaknya kini telah menyasar di berbagai wilayah, seperti Semarang, Wonogiri, Bekasi, Jakarta, Solo, dan Tangerang. Dirinya membudidayakan babi di kandang ternak dengan luas areal kandang 875 meter persegi.

“Memulai ternak babi sejak 2015, saya melalukan pengembangbiakan dan pembesaran babi, lalu dijual dalam bentuk hidup, ada yang dikirim atau diambil oleh pembeli ke sini. Kandangnya hanya satu namun luas, karena terdiri dari beberapa ruang, seperti pengembangbiakan, pembesaran, induk, dan pejantan. Kandangnya berada di Desa Payak RT 16, Kecamatan Cluwak,” ungkapnya kepada Mondes.co.id, Sabtu, 3 Februari 2024.

Karnoto mengaku, berternak babi lebih mudah daripada berternak hewan ruminansia lain, karena sekali berkembang biak, satu ekor babi mampu melahirkan 16 anakan. Cepatnya perkembangbiakkan dan pertumbuhan babi, membuatnya konsisten merawat binatang tersebut. Mengingat, penjualan babi ke berbagai wilayah terbilang mudah.

“Sebelumnya saya ternak ayam pedaging dan sapi. Karena profit kurang menjanjikan akhirnya saya terinspirasi melihat babi karena pertimbangannya babi cepat besar, anaknya banyak. Jumlah ideal setiap lahiran satu induk 10 sampai 16 ekor. Selain itu, pemasaran gampang, muncul ide untuk pemeliharaan babi,” ujar Karnoto.

Perlu diketahui, proses perkembangbiakan babi sangat cepat. Pasca lahir, tepatnya di umur 1 sampai dengan 1,5 bulan, babi dipisah dari induknya. Selanjutnya, 5 bulan berselang, babi tersebut akan tumbuh hingga mencapai berat yang signifikan, yakni 90 kilogram bahkan 120 kilogram per ekor.

BACA JUGA :  Petani Merugi, Ketua Dewan Tekan Pemkab Berikan Bantuan

Di samping itu, guna memenuhi nutrisi hewan babi, Karnoto tak perlu repot mencarikan pakan. Menurutnya, babi bisa makan apapun, tetapi bila babi ingin sehat maka kandungan makanan harus kaya nutrisi yang baik, terutama protein supaya pertumbuhannya bagus dan perkembangannya produktif.

“Usia pengembangbiakan untuk masa sapih di usia 1 sampai 1,5 bulan. Kemudian ada usia 5 bulan sudah mencapai berat 90 sampai 120 kilogram. Pertumbuhan babi tidaklah sama, maka dari itu makanannya juga harus dijaga meski mereka doyan apapun seperti limbah dari warung atau dedaunan. Kalau saya beri makan babi-babi ini dengan campuran jagung, konsentrat, bekatul, dan mineral jadi satu, itu komposisinya. Sedangkan, kalau masih anakan (kecil) diberi pur dari pabrik,” ungkapnya saat diwawancarai.

Jenis babi yang Karnoto pelihara di antaranya pitren, landrace, dan yorkshire dengan jumlah yang beragam. Selain itu ,beberapa babinya pun ada yang merupakan hasil perkawinan silang antar jenis. Ia mencatat, saat ini kandangnya terdapat 250 babi dari ketiga jenis itu. Lokasi dipeliharanya babi di lingkungan tersebut cukup mendukung karena jauh dari permukiman penduduk.

“Semua jenis ada kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Yang cepat besar pejantannya itu yorkshire, kalau yang induknya bagus landrace. Kalau penggemar pemotong pakainya pitren, sebab babinya lebih pendek, tulangnya kecil dan rawan,” sebut Karnoto.

Tantangan yang kerap muncul ketika budi daya babi, munculnya penyakit. Lalu, menyebarnya virus yang berbahaya amat sangat berisiko dalam berkecimpung di dunia peternakan babi. Oleh karenanya, Karnoto selalu mencegah merebaknya virus berbahaya dengan memperkuat keamanan siapapun yang akan memasuki kandang, dikhawatirkan babi kesayangannya akan terjangkit virus yang datang dari luar. Dan bila babi terserang penyakit, maka pihaknya sigap memberikan obat.

BACA JUGA :  DPRD Pati Minta Penanganan Stunting Dimaksimalkan

Masuk ke area kandang babi diawasi dengan ketat karena tidak siapapun bisa. Bahkan, para pembeli yang berkepentingan melihat babi pun harus diberikan semprotan disinfektan terlebih dahulu. Ia sangat menjaga sterilisasi kandang babi supaya seluruh pihak aman.

“Tantangan biasanya mencret, kami kasih obat. Risiko berikutnya setelah disapih, tinggal bagaimana tingkat sterilisasi supaya tidak terjangkit virus, karena sebetulnya saya berusaha jangan sampai virus masuk dikhawatirkan kalau membawa virus atau sarang penyakit. Kalau mau memasuki kandang, safety harus utama, disemprot pakai disinfektan, atau membawa baju pelindung yang aman termasuk pembeli dengan segala peralatannya,” urainya.

Sebagai informasi, harga babi hidup saat ini Rp45.000 per kilogram. Menurut Karnoto, angka tersebut naik pasca tiga bulan yang lalu hanya di angka Rp36.000 per kilogram, apalagi kini mendekati Hari Raya Imlek.

Setiap tahun, momentum fluktuasi harga terjadi di beberapa hari besar, seperti pekan libur sekolah, Hari Natal, Hari Raya Imlek, bahkan Hari Raya Idul Fitri. Bahkan menurutnya, kenaikan harga di momen-momen penting itu mampu capai Rp70.000 per kilogram.

“Saat Covid-19 lalu atau saat hari-hari besar malahan harga bisa sentuh Rp70 ribu per kilogram. Mendekati Imlek kini Rp45 ribu. Pada tiga bulan yang lalu hingga Desember justru malah terjadi penurunan di angka Rp36 ribu sampai Rp37 ribu per kilogram. Hal itu dikarenakan banyaknya pedagang babi asal Bali yang mencari pasar di Jawa,” ucapnya.

Babi yang ia jual memiliki berat mulai dari 90 kilogram hingga 130 kilogram. Ia menyampaikan, dalam sebulan kurang lebih 40 sampai 50 ekor terjual, bergantung banyaknya jumlah perkembangbiakan. Omzet yang ia peroleh dalam satu bulan rata-rata mencapai Rp60 hingga Rp70 juta.

BACA JUGA :  Hibur Warga Pati, Kaesang Bikin Pantun: Ikan Gabus Ikan Tongkol

“Banyak sedikitnya yang dijual menyesuaikan jumlah babi di kandang, satu bulan bisa satu kali kirim 40 sampai 50 ekor. Rata-rata hasil penjualan capai Rp60 sampai Rp70 juta,” ucap Karnoto sembari memperlihatkan babi peliharaannya.

Menariknya, tak serta merta pembeli datang dari golongan non-Muslim. Ia mengatakan bahwa banyak pula pembeli datang dari golongan Muslim apalagi ketika hari lebaran, lonjakan harga babi juga terjadi di peringatan hari besar umat Islam.

Ia juga terbuka untuk mengajak berbagai pihak membudidaya babi demi meningkatkan sektor ekonomi sekitar.

“Tidak semua yang beli dari Chinese dan Nasrani, teman-teman non-Muslim juga ada yang tertarik pada babi. Karena prinsip kami kan berdagang, maka orang-orang yang mau berbisnis bersama untuk memajukan perekonomian dengan budidaya babi, silahkan,” pesannya.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini