TRENGGALEK – Mondes.co.id | Pasca Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 (Nataru), sejumlah harga kebutuhan dapur di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur masih cukup tinggi. Meski memang, ada beberapa komoditas yang tidak mengalami kenaikan dan terhitung stabil.
Untuk kenaikanya sendiri, menurut informasi dari para pedagang sayuran di Pasar Basah Trenggalek, mulai terasa sejak mendekati hari Natal 2023 yang lalu. Khususnya pada jenis tomat, bawang merah, dan sayuran lain.
“Untuk harga sayuran mengalami kenaikan sekitar 10 persen sejak awal Natal. Khususnya bawang merah, dari Rp28.000 menjadi Rp38.000,” sebut Yuniarti (47), salah satu pedagang sayur di Pasar Basah Trenggalek pada Selasa, 2 Januari 2024.
Menurut dia, selain bawang merah, jenis sayuran seledri juga mengalami perubahan harga. Saat ini, berkisar di angka Rp28.000 hingga Rp30.000. Kemudian, tomat yang menembus harga Rp18.000 per kilogram.
“Sampai hari ini (2 Januari 2024), belum ada penurunan harga, bahkan masih dimungkinkan naik,” imbuhnya.
Pun begitu, masih kata Yuniarti, untuk komoditas kebutuhan dapur lainnya dinilai masih stabil. Seperti, cabai rawit merah bertahan di rentang Rp75.000-80.000 per kilogram. Harga bawang putih juga dianggap wajar yakni Rp34.000 -36.000 per kilogram.
“Harga daging ayam sekitar Rp30.000-an per kilogram dan harga daging sapi Rp110.000-an per kilogram,” ujarnya.
Meski tidak mengurangi daya beli masyarakat, namun rata-rata para konsumen mengeluh dengan mahalnya harga kebutuhan pangan dimaksud. Apalagi, dengan rentang waktu yang cukup lama.
“Sepekan lebih, harga kebutuhan dapur mengalami kenaikan. Para pembeli banyak yang mengeluh, walaupun tidak mengurangi jumlah pelanggan yang berbelanja,” tandas warga dari Desa Ngadirenggo, Kacamatan Pogalan tersebut.
Menanggapi dinamika di lapangan ini, Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro dan Perdagangan (Diskomidag) Kabupaten Trenggalek, Saniran kepada Mondes.co.id mengatakan jika pihaknya sudah melakukan analisa dan kajian.
“Tim Pasar sudah melakukan kajian dan analisa di lapangan. Kenaikan pada sejumlah komoditas ini lebih dikarenakan oleh ketersediaan barang. Karena barang yang tersedia tidak bertambah, sementara permintaan konsumen banyak akhirnya mempengaruhi harga mas,” jelas Saniran.
Sedangkan terkait kapasitas produksi, lanjutnya, sudah bukan ranah Diskomidag lagi. Sehingga, pihaknya belum bisa memberikan jawaban secara komprehensif.
“Untuk yang terkait kapasitas produksi, bukan ranah kami. Yang bisa menjelaskan nanti Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan,” pungkasnya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar