dirgahayu ri 80

Pangkalan Elpiji Merasa Tertolong Berkat Program MBG, Gas 50 Kilogram Laris

waktu baca 2 menit
Jumat, 22 Agu 2025 16:57 0 52 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Penjual elpiji di Kabupaten Pati merasakan dampak yang positif setelah bekerja sama dengan Standar Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).

Pasalnya, elpiji 50 kilogram yang selama ini dipasok, terserap untuk proses produksi menu Makan Bergizi Gratis (MBG).

Haryono, selaku penjual elpiji di tingkat pangkalan, merasa tertolong oleh adanya kerja sama tersebut.

Pasalnya, sebelum ada SPPG, jarang ada pembeli elpiji berukuran 50 kilogram, lantaran harganya sangat mahal, apalagi di tengah kondisi masyarakat kelas menengah ke bawah.

Menurut pria asal Desa Pagerharjo, Kecamatan Wedarijaksa, Kabupaten Pati itu, dalam pertanggungjawaban untuk mengelola elpiji non subsidi, tidak serumit dalam membuat laporan pertanggungjawaban pengadaan elpiji subsidi (3 kilogram).

Sehingga dirinya merasa senang ketika elpiji non subsidi berukuran 50 kilogram sudah ada sasaran penjualan.

“Permintaan gas untuk MBG dari vendor tidak ada kendala yang punya dapur umum. Aturannya untuk MBG gas elpiji 50 kilogram (tabung besar), jadi malah enak ndak usah laporan ribet,” katanya saat ditanya Mondes.co.id, Jumat (22/8/2025).

“Kalau elpiji subsidi harus laporan per tahun. Kalau non subsidi diambil, order habis udah gak ada kendala, yang penting barang diambil, uang langsung, clear,” imbuh Haryono.

Seminggu sekali, 5 tabung elpiji berukuran 50 kilogram habis untuk kebutuhan SPPG.

Ia mengaku memperoleh keuntungan yang signifikan dalam penjualan elpiji non subsidi itu.

Diketahui, harga elpiji 50 kilogram dari Rp900 ribu hingga Rp1 juta.

Jika harga masih Rp900 ribu, Haryono menyebut pendapatan dari penjualan elpiji 50 kilogram per pekan Rp4,5 juta.

BACA JUGA :  Dispertan Tanggapi Keluhan Pengurangan Jatah Pupuk Subsidi Petani

Ia mengambil keuntungan 5 persen dari harga penjualan.

“Untuk gas MBG harganya naik turun, per tanggal 10 tiap bulannya dievaluasi. Harganya sekitar Rp1 juta lebih, kini kisaran Rp900 ribuan. Ambil margin keuntungan tiap tabung Rp50 ribu atau 5 persen dari harga pengambilan,” bebernya.

Ia mengaku, per pekan memperoleh keuntungan penjualan elpiji 50 kilogram senilai Rp250 ribu.

Untuk masing-masing tabung dapat keuntungan Rp50 ribu.

Sebelum ada MBG, pendapatannya hanya berasal dari penjualan elpiji bersubsidi saja.

Pasalnya, masyarakat jarang berminat beli elpiji non subsidi.

“Pendapatan sebelum MBG dari subsidi aja, dapat keuntungan margin Rp200 ribu per minggu. Per bulan Rp800 ribu untuk sibsidi,” ucapnya.

Meski adanya MBG membuatnya tambah kerjaan, namun ia merasa gembira ketika pihak MBG menjadi pelanggan elpiji 50 kilogramnya.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini