Pamor Bata Merah Meredup, Pengrajin Lokal Pati Gigih Pertahankan Kualitas 

waktu baca 3 menit
Senin, 27 Jan 2025 09:41 0 211 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Pamor batu bata merah mulai tersaingi oleh bata putih.

Meski begitu, seorang pengusaha lokal Kabupaten Pati, Didi (50) tetap gigih mempertahankan produksi bata merah dengan kualitas unggul yang siap bersaing di pasaran.

Apalagi dikenal lebih kokoh dan tahan lama, batu bata merah masih menjadi pilihan bagi sebagian kalangan, meski kini mulai kalah populer dibandingkan bata putih.

Pria asal Desa Karanglegi, Kecamatan Trangkil, Kabupaten Pati itu mulai menjadi pengrajin batu bata merah sejak 1998.

Menurut Didi, pekerjaan tersebut menjadi mata pencaharian yang turun-temurun di desanya, sehingga ia sudah berpengelaman dalam menjualkan produk buatannya.

“Karena di sini sudah ada turun-temurun berjualan batu bata merah, jadi sudah menjadi mata pencaharian orang Karanglegi. Prospeknya sangat bagus karena batu bata merah lebih bagus kualitasnya daripada batu bata putih, meski harga lebih mahal tapi bisa tahan ratusan tahun karena sudah ada penelitiannya,” ungkapnya saat diwawancarai Mondes.co.id, Senin, 27 Januari 2025.

Ia menjelaskan pembuatan batu bata merah menggunakan bahan dasar tanah liat, yang kemudian ditambahkan abu sekam untuk dijadikan dalam adonan. Selanjutnya dicetak berbentuk balok dengan rapi, lalu dikeringkan.

Setiap tiga minggu sekali dirinya melakukan pembakaran.

Sedangkan, untuk menunggu kering, waktunya biasanya dua hari.

Diakuinya dalam tiga minggu sekali mampu mencetak 30 ribu batu bata merah.

“Proses pembuatan dari tanah liat yang kita beli, lalu ada sekam dan abu dijadiin adonan satu, lalu dicetak kotak, lalu dikeringin dari sisi sebelah kanan-kiri-atas-bawah biar rapi. Waktu kering 2 hari pas panas, kalau pembakaran pengumpulannya 3 minggu sekali, ada 30.000 batu bata dibakar 3 minggu sekali,” terangnya.

BACA JUGA :  Fakta Hukum dalam Jabatan Ganda Kepengurusan PMI Pati

Selain menggunakan keterampilannya membuat batu bata merah sendiri dari awal, terkadang dirinya juga hanya membuat batu bata merah dari mentahan yang telah dibeli dari warga sekitar. Sehingga ia tidak perlu melalui proses produksi sedari awal.

“Kalau di kita itu beli batu bata mentah dari orang-orang sekitar, jadi bukan pembuatannya aja tapi beli juga dari mentahan. Karena kita juga menyesuaikan dengan cuaca apalagi saat ini sedang musim penghujan sehingga prosesnya jauh lebih lama,” ujarnya.

Ia mengatakan, datangnya musim penghujan menjadi tantangan berat bagi pelaku usaha batu bata merah.

Pasalnya, proses pembuatan akan semakin lama ketika tanpa ada cuaca panas, sehingga persediaan batu bata merah terbatas.

Kondisi demikian amat sangat disayangkan, dikarenakan kebutuhan konsumen pada batu bata merah beralih ke batu bata putih, terlebih harga batu bata putih lebih murah.

Padahal jika ditinjau dari ketahanan material bangunan, batu bata merah jauh lebih kokoh.

“Tantangannya sekarang lagi musim penghujan jadi memang agak sepi sih karena pembangunan terkendala saat hujan jadi sepi, penjualannya ada pasang-surut. Dan rival batu bata yang semakin banyak,” bebernya ketika ditanya.

Sebagai informasi, harga jual batu mata merah Rp550 ribu per seribu balok. Dirinya menjual ke sejumlah toko-toko bangunan di dalam kota maupun luar kota.

Ia mengaku bila penjualan paling banyak ketika mendekati Ramadan. Pasalnya, di momen itulah banyak masyarakat yang sedang membangun rumah.

“Harga jual saat ini Rp550.000 per 1.000, penjualan terjauh ke Demak, kemudian ada yang setor ke toko bangunan, kita dibeli orang-orang semacam ke distribusi kayak gitu. Biasanya waktu paling banyak pembeli sebelum puasa yaitu Ruwah atau Besar, karena paling banyak orang hajatan biasanya banyak yang belum untuk pembangunan rumah,” sebutnya.

BACA JUGA :  Pemkab Rembang Susun RKPD 2026, Fokus pada Peningkatan IPM dan Penguatan Infrastruktur

Ia menambahkan bahwa perlu ada edukasi kepada masyarakat tentang kualitas dan ketahanan batu bata merah pada komponen bangunan.

Hal ini supaya mereka tidak memandang sebelah mata terhadap batu bata merah yang sejauh ini jarang diminati, serta ia harap penjualan batu bata merahnya lebih laris.

“Harapannya bisa dioptimalkan pemadatan penjualannya karena memang kita saingannya batu bata putih yang lebih murah. Dengan batu bata merah dalam bangunan tidak perlu memerlukan banyak semen sehingga hemat budget, maka dari edukasi dalam memandang batu bata merah yang jauh lebih berkualitas dan tahan lama diperlukan,” tutupnya.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini