KUDUS – Mondes.co.id | Berkontribusi di dunia pendidikan dapat dilakukan melalui banyak cara, seperti mengajar, sharing ilmu ke sesama pengajar, maupun mendorong sesama pengajar meningkatkan kapasitas, sebagaimana profesinya sebagai guru.
Hal inilah yang dijalankan oleh guru inspiratif bernama Nur Rohman (30), yang aktif memfasilitasi rekan-rekan sejawat untuk maju dan berkembang.
Pria asal Kabupaten Kudus yang kini mengabdi sebagai seorang guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Brangsong, Kabupaten Kendal itu mengimplementasikan skill-nya melalui ragam upaya, seperti pengisi pendidikan dan pelatihan (diklat), webinar, organisasi, dan berbagai cara lainnya.
Ia bertekad tak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan ke murid saja, tetapi juga menyalurkan ilmu tentang keprofesian kepada rekan sesama guru.
“Motivasi saya berkontribusi lebih untuk pendidikan, karena guru bukan cuma soal mengajar di kelas, tapi juga bagaimana bisa membawa perubahan yang lebih besar. Dengan aktif di berbagai kegiatan diklat, webinar, organisasi, dan lainnya, saya bisa terus belajar, berbagi ilmu, dan memperjuangkan hal-hal yang bisa meningkatkan kualitas pendidikan. Saya ingin pendidikan di Indonesia semakin maju, dan kalau bisa ikut berperan di dalamnya, kenapa tidak?,” ucap Nur Rohman kepada Mondes.co.id, Rabu, 9 April 2025.
Semangatnya sebagai pendidik ingin ditularkan dari ruang kelas maupun luar kelas.
Dirinya berupaya mengembangkan relasi sebagai guru dalam menularkan ilmu maupun pengalaman bermanfaat, supaya kualitas guru menjadi lebih baik.
Pasalnya, Nur Rohman meyakini ilmu harus dikembangkan dan dibagikan.
“Aktif di berbagai kegiatan bukan cuma soal pengalaman, tapi juga cara saya belajar dan berkontribusi. Saya ingin punya dampak lebih luas, nggak hanya di kelas, tapi juga di komunitas pendidikan. Selain itu, dengan terlibat di banyak hal, saya bisa terus berkembang, memperluas jaringan, dan membuka peluang baru untuk masa depan,” imbuh pria yang berdomisili di Kota Semarang itu.
Perlu diketahui, guru adalah profesi utama Nur Rohman, di sisi lain ia aktif menjadi pengisi materi di platform bimbingan belajar (bimbel) online untuk para Calon Aparatur Sipil Negara (CASN).
Pria bertitel Magister Pendidikan (M. Pd) itu mengelola platform untuk para guru, tenaga kesehatan (nakes), dan masyarakat umum agar mengupas tuntas soal-soal latihan seleksi menuju CASN.
Bahkan, bimbel tersebut sudah mendapat support dari pemerintah.
“Selain mengajar, saya juga diberikan kepercayaan menjadi Pembina Pramuka, Kepala Perpustakaan, Kepala Lab Komputer, serta mengurus web dan sosial media sekolah. Di luar hal tersebut, saya juga menjadi co-founder di bimbel FokusPPPK serta FokusEdu, sebuah platfom bimbel online yang saya dirikan bersama teman-teman. Menghadirkan keberagaman manfaat untuk rekan-rekan guru, teknis, dan nakes melalui pembahasan soal gratis,” ujarnya.
Sebagai informasi, Nur Rohman menempuh pendidikan Sarjana (S1) di Universitas Islam Sultan Agung (Unisula), Magister (S2) di Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), dan Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas PGRI Semarang (UPGRIS).
Usai tuntas masa studinya, ia sukses menjadi guru berstatus PPPK di lingkungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kendal, serta menjadi pengurus Asosiasi PPG Prajabatan Indonesia (APPI), dan Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) PPG UPGRIS.
“Saya saat ini menjabat sebagai Ketua IKA PPG UPGRIS, serta Ketua Koordinator Wilayah (Korwil) Nasional yang membawahi beberapa wilayah di seluruh Indonesia, sekaligus staf di Departemen Intern APPI. Dalam peran ini, saya bertanggung jawab mengoordinasikan berbagai program, membangun komunikasi antar wilayah, serta memastikan aspirasi anggota tersampaikan dengan baik termasuk advokasi, pengembangan profesional, serta kegiatan sosial dan akademik,” jelas Nur Rohman menjabarkan peran sentralnya di organisasi nasional yang diikuti.
Di samping itu, ia berperan vital menyambungkan informasi dari akar rumput ke tataran elit untuk kontrol kebijakan.
Keikutsertaan di APPI menjadikannya aktif memperjuangkan suara-suara tenaga guru honorer dan lulusan PPG Prajabatan yang masih berjuang menantikan nasib baik.
Menurutnya, membersamai rekan-rekan seperjuangan merupakan panggilan hati untuk mengayomi dan berbagi informasi.
“Bagi saya, perjuangan di dunia PPG bukan sekadar kewajiban, tapi panggilan hati karena saya pernah merasakan sendiri bagaimana perjuangan selama PPG, jadi saya paham betul tantangan yang dihadapi teman-teman, itulah yang membuat saya tetap konsisten mengayomi, berbagi informasi, dan membantu mereka memahami berbagai kebijakan. Meskipun saya sudah menjadi ASN, saya ingin memastikan bahwa tidak ada yang merasa berjuang sendirian, karena saya percaya, semakin banyak kita saling mendukung, maka semakin kuat pula pendidikan kita ke depan,” tegas guru yang kerap menghadiri pertemuan nasional bersama para pejabat kementerian.
Ia bercerita bahwa setiap hari memastikan informasi terkait dunia keguruan, PPG, dan CASN yang dinamis agar tetap akurat terpercaya.
Ia memahami, tidak semua orang memiliki akses untuk mendapat banyak pemberitahuan informasi seperti dirinya, itu sebabnya ia senantiasa memahamkan informasi dari pusat agar diterima baik oleh masyarakat demi meminimalisir miss-informasi.
“Tantangan terbesar adalah memastikan informasi yang saya sampaikan selalu akurat dan terkini yang terus berkembang, regulasi sering berubah, dan tidak semua orang punya akses atau pemahaman yang sama terhadap kebijakan yang ada. Kadang, ada juga kesalahpahaman atau perbedaan pendapat yang membuat diskusi lebih kompleks,” ucap guru yang juga aktif sebagai konten kreator tersebut.
Baginya, menjaga keseimbangan antara pekerjaan sebagai ASN dengan tanggung jawab di organisasi APPI bukan hal yang mudah.
Meski demikian, ia harap dapat berkontribusi menjembatani perjuangan para guru yang berupaya memajukan pendidikan nasional, serta meningkatkan taraf kesejahteraan.
“Saya selalu berusaha untuk tetap konsisten 24 jam siap sedia membantu teman-teman jika ada pertanyaan yang dilontarkan kepada saya. Selama informasi yang saya bagikan bisa bermanfaat dan membantu banyak orang. Saya berharap semua guru, baik yang sudah ASN maupun yang masih honorer mendapatkan hak dan kesempatan yang layak. Selain itu, saya ingin teman-teman lulusan PPG terus semangat, tidak merasa berjuang sendirian, dan bisa menjadi guru yang inspiratif bagi generasi mendatang,” tutur guru yang berkesempatan bertemu Presiden Prabowo Subianto pada Peringatan Hari Guru Nasional.
Sebagai informasi, perjalanan kisahnya tak semulus yang dibayangkan.
Nur Rohman mengawali karir mengajar sebagai honorer di SMPN 2 Bae Kabupaten Kudus pada 2019.
Lalu pindah mengajar sebagai guru tidak tetap di SMP PGRI 1 Semarang pada 2023.
Selanjutnya, ia berhasil lolos menjadi PPPK ketika sukses melewati Seleksi PPPK tahun 2023 lalu.
Spirit yang ditumbuhkan pada jiwa Nur Rohman mencerdaskan generasi penerus bangsa dan menggali potensi anak, utamanya siswa/siswi yang diajar.
Ia juga menempa karakter murid agar menjadi generasi yang unggul untuk masa depan.
Menurutnya, misi seorang guru tak cukup hanya seputar meningkatkan kemampuan akademik, tetapi juga mengasah berpikir kritis, mandiri, dan integritas peserta didik.
Pasalnya, pendidikan menjadi cara untuk mentransfer ilmu dan nilai-nilai kebaikan.
“Saya ingin berkontribusi dalam mencerdaskan generasi muda dan membantu mereka menemukan potensinya. Melihat siswa berkembang adalah kepuasan tersendiri bagi saya, karena guru ideal adalah yang inspiratif, sabar, terus belajar, dan mampu menyesuaikan metode pengajaran dengan kebutuhan siswa. Selain menguasai materi, guru juga harus membangun karakter dan semangat belajar siswa,” paparnya.
Sebagai seorang praktisi bidang pendidikan, ia mengimpikan agar guru di seluruh Indonesia memperoleh hak yang layak.
Terlebih, guru sudah bekerja keras mendidik, sehingga berhak memperoleh gaji sepadan, tunjangan memadai, serta kesempatan terus berkembang.
Ia mendorong agar pemerintah lebih memperhatikan nasib guru terkait kepastian status kerja, agar guru fokur mengajar tanpa khawatir memikirkan masa depan mereka.
“Masih banyak guru yang belum mendapatkan haknya secara layak, terutama honorer. Mereka sudah bekerja keras, tapi kesejahteraan masih jauh dari kata ideal. Pemerintah memang sudah berusaha, tapi masih ada kesenjangan yang perlu diperbaiki. Harapan saya sederhana ingin melihat pendidikan di Indonesia semakin maju terutama dalam hal kesejahteraan guru dan kualitas pembelajaran,” tandasnya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar