PATI – Mondes.co.id | Sektor pertanian tebu di Kabupaten Pati cukup potensial, hal tersebut dikarenakan luasnya lahan pertanian yang ada di kota berjuluk Bumi Mina Tani.
Selain itu, disertai adanya perusahaan yang membantu dalam penanganan pasca panen tanaman tebu, yakni pabrik gula.
Diketahui, tebu merupakan bahan dasar terbuatnya gula, yang mana merupakan barang pokok masyarakat sehari-hari. Sehingga, bahan bakunya menjadi komoditas pertanian yang berpengaruh di suatu wilayah, termasuk di Kabupaten Pati.
Cukup dengan waktu satu tahun budi daya, tebu sudah dapat dipanen dengan hasil ton-tonan.
Salah seorang petani tebu asal Desa Pagerharjo, Kecamatan Wedarijaksa, Haryono membeberkan perawatan tanaman tebu yang ditanamnya sejak 2007 silam.
Cara budi daya tebu dikatakannya dengan dua tahap, pertama bongkar ratoon, dilanjutkan rawat ratoon.
Upaya tersebut berlangsung satu tahun dan menurutnya membutuhkan modal yang tak sedikit.
“Budi daya tebu ada dua, pertama rawat ratoon hingga pasca panen, kedua membuka lahan baru, membutuhkan modal banyak. Bongkar ratoon mulai bulan April, sedangkan rawat ratoon pasca dengan tebang-giling saat tanaman umur satu tahun,” ungkap Haryono kepada Mondes.co.id, Sabtu, 12 Oktober 2024.
Dengan mudah, pelaku pertanian tebu menjual hasil panen, ditunjang keberadaan Pabrik Gula (PG) Trangkil.
Sebab, jika petani menjalin kemitraan dengan PG Trangkil, maka tak perlu susah mencari target market.
PG Trangkil memberikan tenaga penyuluh untuk membina petani tebu supaya perawatannya lebih tertata.
Diketahui, mekanisme penjualan tebu ada tiga macam. Pertama, sistem lelang yang diakomodir oleh Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI).
Kedua, pembelian putus yang langsung dibeli PG Trangkil secara gelondongan.
Terakhir, pembelian yang dipasrahkan sepenuhnya kepada PG Trangkil.
“Saya menjual tebu dengan mitra kerja yaitu PG Trangkil, saya hanya sebatas petani kecil yang membangun kemitraan, jadi fokus dikirim ke pabrik. Jualnya ada yang melalui lelang APTRI, dibeli gelondongan oleh PG Trangkil, dan PG Trangkil diberikan keleluasaan untuk membeli langsung ke petani,” tuturnya saat ditanya.
Selain itu, keterlibatan mitra PG Trangkil untuk petani, memberikan bantuan modal secara bergilir bagi kelompok petani tebu.
Nilai bantuan modal didasarkan pada luasan lahan dari petani penerima.
“Pembinaan PG Trangkil di bawah PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) ke kami, juga dalam hal SPTA (Surat Perintah Tebang dan Angkut) sebagai kelancaran untuk tebang-giling di PG Trangkil. PG Trangkil sendiri mengucurkan dana untuk modal secara bergilir, tergantung luasan lahan penerima yang dikelola oleh masing-masing petani,” sebut petani yang memiliki luas lahan tebu 15 hektar itu.
Haryono menerangkan, kondisi tebu yang layak dipanen, yakni tinggi dan mulai berbunga. Untuk saat ini, harga tebu awal giling Rp72.000
“Upaya pasca panen yang dilakukan dengan tebang mandiri dan ada yang mitra PG Trangkil. Ciri-ciri tebu yang layak panen tinggi dan mulai berbunga,” ujar pria yang aktif di APTRI Kabupaten Pati.
Di momen ini, ia mampu memanen tebu dengan jumlah yang fantastis. Pada tahap rawat ratoon menghasilkan 850 ton per hektar. Sedangkan, di tahap bongkar ratoon ia menghasilkan 1.000 ton per hektar.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar