Musim Kemarau Basah, Lahan Tembakau di Rembang Terjebak Hujan dan Genangan Air

waktu baca 2 menit
Senin, 23 Jun 2025 15:12 0 92 Supriyanto

REMBANG – Mondes.co.id | Memasuki musim kemarau, para petani tembakau di Kabupaten Rembang justru dihadapkan pada fenomena aneh.

Adapun fenomena yang terjadi saat ini adalah curah hujan tinggi yang tak kunjung reda di tengah musim kemarau.

Kondisi ini menjadi tantangan serius, terutama bagi tanaman tembakau di lahan sawah yang rentan tergenang air.

Dampaknya, pertumbuhan tanaman terhambat dan hasil panen terancam.

Plt Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Pangan (Dintanpan) Kabupaten Rembang, Fajar Riza Dwi Sasongko, menjelaskan bahwa penanaman sudah dimulai sejak Maret.

Sekitar 70 persen dari total 10.000 hektare lahan telah ditanami, namun hanya sekitar 30 persen tanaman yang tumbuh optimal.

“Yang banyak gagal ini tembakau yang ditanam di sawah,” ungkap Fajar.

Ia menambahkan, sistem pembuangan air di lahan sawah yang belum memadai, membuat air hujan tergenang cukup lama.

“Air jadi ngecembong (tergenang), sehingga mengakibatkan pertumbuhan tembakau terhambat. Kalau air lama menggenang dua sampai tiga hari, bisa membuat tanaman menjadi layu,” jelasnya.

Dari total luas tanam, 9.000 hektare dikelola melalui skema kemitraan, sementara 1.000 hektare sisanya adalah non-kemitraan.

Berdasarkan informasi dari BMKG, musim kemarau basah ini diperkirakan akan berlangsung hingga Agustus, bahkan berpotensi berlanjut sampai akhir tahun.

Dintanpan Rembang terus mengimbau petani untuk lebih waspada dan menyesuaikan strategi budi daya.

“Kami memberikan informasi kepada petani bahwa musim kemarau ini cenderung basah. Mereka perlu mengantisipasi jika tetap ingin menanam tembakau,” tegas Fajar.

BACA JUGA :  DPD PSI Kabupaten Pati Bidik Lima Kursi DPRD 2029

Dengan adanya hal ini, pemerintah tidak tinggal diam. Melalui Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT), berbagai bantuan disalurkan untuk meringankan beban petani.

Bantuan Sarana Produksi (Saprodi)

Pupuk ZA: 150.300 kg
ZK: 32.800 kg
ZPT: 16 liter/kg
NPK rendah klor: 5.000 kg
Pupuk organik: 8.450 kg
SP26: 40 ton

Bantuan Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan)

Mesin rajang: 7 unit
Para-para: 750 buah
Motor roda tiga: 6 unit
Timbangan digital: 7 unit
Unit pengolahan hasil: 1 unit

“Kalau alsintan dari pemerintah provinsi sudah diserahkan, tapi yang dari Pemkab masih dalam proses pengadaan,” tambah Fajar.

Selain itu, pemerintah juga menyelenggarakan tiga pelatihan penting bagi petani, yakni pelatihan diversifikasi tembakau kelapa, budi daya tembakau, dan uji efektivitas pupuk organik.

Dintanpan Rembang juga menekankan pentingnya pengolahan lahan yang baik untuk mengantisipasi hujan deras.

“Kalau pengolahan lahan dilakukan dengan baik, saat hujan lebat, air bisa cepat terbuang, sehingga tidak menggenangi tanaman,” pungkas Fajar.

Petani juga diingatkan untuk selalu waspada terhadap cuaca ekstrem.

Kejadian tragis baru-baru ini menimpa seorang petani dari Desa Kedungasem, Kecamatan Sumber, yang meninggal dunia akibat tersambar petir saat mengolah lahan.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini