MT 3, Harga Gabah Kering Panen di Jakenan Capai Rp7.700

waktu baca 3 menit
Selasa, 29 Jul 2025 17:05 0 93 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Harga Gabah Kering Panen (GKP) selama panen di musim tanam ketiga (MT 3) mengalami lonjakan.

Bahkan saat ini, harga GKP sudah mencapai Rp7.700 per kilogram, harga ini berangsur naik dari sebulan terakhir yang sudah di angka Rp7.300 per kilogram.

Menurut pantauan di Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati, harga tersebut sudah amat tinggi sepekan terakhir.

Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Jakenan menemukan kondisi tersebut karena pasokan gabah memang sedang minim di MT 3 ini.

“Satu bulanan ini harga sekitar Rp7.300 sampai Rp7.400, bahkan hari ini sejak seminggu yang lalu harga sudah Rp7.700 per kilogram. Namun terkadang turun lagi di angka Rp7.500 kala terjadi hujan deras beberapa hari lalu,” ujar Koordinator BPP Kecamatan Jakenan, Cholil Anwar saat diwawancara Mondes.co.id, Selasa, 29 Juli 2025.

Harga GKP sebelumnya sewaktu MT 2 di angka Rp6.500 yang diserap oleh Badan Usaha Logistik (Bulog).

Angka tersebut menjadi harga ketetapan minimal GKP yang ditentukan di level produsen (petani).

“Jauh sebelumnya harga Rp6.500, sejak Mei 2025 harga GKP di angka Rp7.000-an. Pada Juni 2025, menanjak naik jadi Rp7.200 per kilogram,” imbuhnya.

Oleh sebab itu, para pembeli gabah memasang harga lebih tinggi untuk bisa menyerap gabah dari petani.

Di samping itu, naiknya harga GKP dalam beberapa waktu terakhir juga dipengaruhi oleh minimnya pasokan gabah dari petani.

“Dengan adanya penyerapan Bulog Rp6.500, mau tak mau tengkulak atau penebas membeli GKP di atas itu. Kenaikan disebabkan sehabis panen raya MT 2, otomatis tinggal daerah tertentu yang masih belum panen,” ungkapnya.

BACA JUGA :  Ditemukan dalam Kondisi Membusuk, Berikut Ciri Mayat Terapung di Perairan Karimunjawa

Ia berpandangan bahwa kenaikan yang terjadi di wilayah Kecamatan Jakenan, lantaran pada MT 3 ini banyak petani yang tak menanam padi.

Hal itu dipicu sulitnya pasokan air di lahan tadah hujan.

Menurutnya, pertanian yang masih menanam padi hanya ada di wilayah tertentu, seperti kawasan yang dekat dengan Sungai Silugonggo.

Sedangkan, lahan yang jauh dari Sungai Silugonggo, memilih menanam palawija.

“Kalau Kecamatan Jakenan, daerah sekitar Silugonggo tanam padi MT 3, sedang daerah yang jauh dengan Sungai Silugonggo tanam kacang hijau. Menurut saya kurangnya petani menanam padi MT 3 karena faktor air tadah hujan, sehingga menyebabkan harga naik,” ucapnya usai memantau panen di Desa Bungasrejo.

Beberapa desa di Kecamatan Jakenan yang masih menanam padi selama MT 3 ini meliputi Desa Bungasrejo, Karangrowo, Kedungmulyo, Ngastorejo, Sendangsoko, Sidoarum, Sonorejo, Tambahmulyo, Tlogorejo, dan Tondomulyo.

Sawah di desa-desa tersebut memanfaatkan pengairan dari Sungai Silugonggo.

Khusus persawahan di Desa Tambahmulyo memanfaatkan irigasi dari Sentul, sedangkan persawahan Sidoarum memanfaatkan irigasi dari Cabean.

Sebagaimana hukum dagang, ketika stok melimpah menyebabkan harga turun. Sedangkan, ketika stok minim menyebabkan harga naik.

Menurutnya, rata-rata produksi GKP pada MT 3 di Kecamatan Jakenan kisaran 7 ton sampai 8 ton.

Produksinya lebih tinggi daripada tahun 2024 yang hanya 6,5 ton saja.

“Bungasrejo sudah mencapai 7,5 sampai 8 ton, tetapi rata-rata di desa lainnya 6,5 sampai 7 ton. Dibanding tahun lalu hanya 6,5 ton di MT 3,” ungkapnya.

Diketahui, masa panen MT 3 di akhir Juni sampai awal Agustus 2025.

Sejauh ini tengkulak mendominasi penyerapan GKP di Kecamatan Jakenan.

Ia menambahkan jika harga GKP setelah diproses menjadi beras, mencapai Rp13.500 sampai Rp14.000 per kilogram.

BACA JUGA :  Sudewo-Chandra Janji Prioritaskan Infrastruktur hingga Pariwisata Pati

Namun, hampir seluruh petani menjual dalam bentuk GKP.

“Harga di tingkat rice Rp13.500 sampai Rp14.000 per kilogram, tetapi rata-rata petani menjual GKP. Kalau harga GKP naik, di level pasar juga ikut naik,” urainya.

Lebih lanjut, harga GKP pada MT 3 pada tahun 2024 hanya Rp6.500 per kilogram.

Sehingga harga gabah MT 3 tahun ini lebih menguntungkan bagi petani.

Ia belum bisa memprediksi stabilitas harga GKP di MT 3 ini.

Pasalnya, jika terjadi turun hujan, maka harga GKP akan berangsur turun, lantaran pengeringan gabah kurang optimal.

“Pada Agustus nanti kemungkinan bisa naik kalau tidak ada hujan, tapi biasanya kalau ada hujan beberapa hari harga akan turun. Alasan dari tengkulak atau penebas pengeringan gabah kurang optimal,” tandasnya.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini