PATI-Mondes.co.id | Berlatar dari Pegunungan Pati Ayam, tempat yang dipercaya oleh sebagian masyarakat Kabupaten Pati mempunyai kesakralan dan aura magis yang luar biasa besar, menyimpan banyak misteri yang belum diketahui khalayak luas.
Seperti halnya misteri Golek Kencono, dipercaya oleh sebagian masyarakat Kecamatan Margorejo yang bermukim di bawah kaki Gunung Pati Ayam sebagai sosok ratu atau raja yang menjaga bongkahan emas di dalam gunung tersebut.
Mbah Parjan, salah satu sesepuh yang bermukim di bawah kaki Gunung Pati Ayam menceritakan, jika Golek Kencono adalah sosok astral yang memang dipercaya sebagai penjaga emas sekaligus ratu di Gunung Pati Ayam.
“Di sana itu dipercaya ada ratu emas, namanya golek kencono. Menurut kakek saya dulu bercerita kalau ratunya segala emas ya golek kencono ini, dan ada di atas bukit Pati Ayam,” ujar Mbah Parjan ketika ditemui langsung di kediamannya, kemarin.
Lelaki renta yang berumur lebih dari 70 tahun ini mengungkapkan bahwa ia pernah melihat secara langsung saat Golek Kencono ini terbang berputar-putar di atas perbukitan pada malam hari.
Ia mampu melihat sosok astral ini lantaran Mbah Parjan sendiri diketahui mempunyai mata batin serta ilmu yang tidak banyak dimiliki manusia lain.
“Saya juga pernah dilihatin, golek kencono ini bentuknya seperti boneka, tapi terbuat dari emas penuh. Dia terbang di atas perbukitan,” jelasnya.
Sembari memantik api dan menyalakan rokok kretek yang sedari tadi dipegang, Mbah Parjan kembali bercerita, jika tidak sedikit orang yang mencari emas di perbukitan belakang rumahnya.
Kendati demikian, para pencari emas ini harus mempunyai hati yang bersih dan bersungguh-sungguh mempunyai niat bekerja untuk menghidupi keluarga mereka.
“Nyatanya, setiap kali ada orang mencari emas di perbukitan Gunung Pati Ayam ini pasti selalu mendapatkan emas itu. Tapi harus punya niat yang benar,” jelasnya.
Di ruang tamu rumahnya yang tidak terlalu besar ini, ia semakin jauh bercerita, bahwa dahulu ada manusia serakah yang ingin mendulang emas di perbukitan Gunung Pati Ayam dengan menggunakan alat berat.
Beberapa alat berat mulai didatangkan dan menggali berbagai titik yang ada di sana, tapi tidak mendapatkan hasil.
Di sana membuktikan jika keserakahan manusia tidak akan mendapatkan apapun, kecuali mempunyai niat yang tulus dan hati yang bersih dalam menjalani kehidupan.
Ketika gerimis mulai datang dan suara atap rumah mulai bergemuruh, itu menandakan jika sudah saatnya para pencari emas di perbukitan Gunung Pati Ayam mulai berdatangan sejak dini hari.
“Bisa diingat, setiap kali sehabis turun hujan, pasti ada orang yang mencari emas di sana, dan mereka pasti dapat sedikit maupun banyak,” kata lelaki yang sudah renta itu.
Bahkan mereka (pencari emas) ada yang mendapatkan emas yang berbentuk, ada yang bentuk cincin, kalung, bahkan lempengan emas.
Walau terdapat banyak emas di pegunungan ini, ia mengaku tidak ada yang sanggup melakukan ritual untuk mengangkat emas dari dalam Gunung Pati Ayam.
“Tapi sejauh ini belum ada yang melakukan ritual pemanggilan golek kencono itu, tidak ada yang berani walaupun banyak orang yang sudah melihat alam lain di gunung Pati Ayam ini dipenuhi dengan tumpukan harta karun,” jelasnya sembari menundukkan kepala.
Dulu, dikatakan olehnya ada yang pernah mendapat bongkahan emas berbentuk seperti kerang, dan dilihat ternyata benar emas murni.
Ia berpesan kepada penemu emas itu supaya tidak menjualnya, tapi malah dijual. Akhirnya sampai saat ini orang tersebut tidak ada kabar serta tidak pernah lagi terlihat mencari emas di sana.
Kadang ia merasa sangat sedih, jika tanah kelahirannya dipergunakan sebagai tempat untuk mencari kekayaan dengan cara meminta pesugihan.
Karena bagaimanapun hal itu adalah jalan yang salah dan dilarang oleh agama. Maka dari itu, ia selalu berpesan jangan pernah bersekutu dengan jin untuk mendapatkan kekayaan, jika tidak mau menanggung resiko besar dalam hidupnya.
“Ojo ngasi wong-wong iki do golek pesugihan nek kene, mesake. Ojo pernah gawe perjanjian karo iblis nek moh uripe keblangsak besok,” tutupnya dengan bahasa Jawa.
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar