Melihat Peninggalan Sejarah Kolonial di Kendeng, Jembatan Leri Sempat Dijadikan Jalur Kereta Kayu

waktu baca 3 menit
Rabu, 27 Des 2023 13:52 0 664 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Selama 3,5 abad, bangsa Indonesia hidup di bawah pemerintahan kolonial Belanda. Sejak saat itu, kondisi pribumi di bawah pengaruh oleh pemerintahan yang dipimpin oleh mereka sebagaimana penjajah Tanah Air.

Selama ratusan tahun itu, penduduk pribumi hidup di bawah jeratan Belanda. Namun, semua itu bukan berarti tidak ada pengaruh positif yang signifikan.

Berbagai sarana dan prasarana karya arsitektur pemerintah kolonial dibangun untuk mempermudah pekerjaan maupun aktivitas warga, terutama di medan yang terjal dan sulit diakses.

Terdapat salah satu bangunan Belanda yang masih bercokol, terletak di kawasan Pegunungan Kendeng, tepatnya di sepanjang Desa Larangan sampai dengan Desa Karangawen Kecamatan Tambakromo. Bangunan tersebut biasa disebut sebagai Jembatan Leri.

Jembatan tersebut membentang sepanjang 45 meter, yang menghubungkan jalur ladang warga setempat. Jembatan itu berdiri pada ketinggian 15 meter di atas Sungai Kedung Jurug.

Menurut penuturan tokoh masyarakat setempat, sejak dahulu digunakan untuk jalan mengangkut material bangunan, terutama kayu yang diambil dari hutan. Biasanya warga masih menggunakan bangunan itu sebagai jalan setapak menuju ladang tempat mereka bertani.

“Bangunan itu disebut Jembatan Leri, digunakan biasanya untuk angkutan kayu pada zaman Belanda, kayu jati. Mulai dari Desa Larangan melalui Karangawen. Saya tahunya sejak kecil itu ada wot (sebutan jembatan dalam bahasa Jawa),” ungkap Sutiyono yang juga merupakan Kepala Desa Karangawen, Kecamatan Tambakromo kepada Mondes.co.id, Rabu, 27 Desember 2023.

Dalam pantauan, terdapat rel yang mengisi komponen jembatan tersebut. Struktur bangunannya terbentuk dari batu-bata giling dan pasir. Menurut kesaksian Sutiyono, sejak ia kecil, bangunan tersebut masih utuh. Akan tetapi mulai dicopoti masyarakat tak bertanggung jawab sejak era reformasi.

BACA JUGA :  Chat GPT Bikin Resah, Begini Cara Guru SMP Asah Kemampuan Siswa

“Saya akui tidak tahu berdirinya kapan, yang jelas sebelum era kemerdekaan. Masih ada rel-nya dark besi, masih utuh pada tahun 1980-an hingga sebelum 1997. Sejak reformasi, rel mulai diambili penduduk yang tidak kompeten dan tidak bertanggung jawab,” ucapnya.

“Dibangun oleh Belanda, strukturnya dari bata giling dan pasir lokal, kebetulan masih ada yang berdiri di Desa Karangawen,” imbuhnya.

Ia mengaku bahwa warga berniat memanfaatkan struktur bangunan Jembatan Leri guna keperluan mereka. Namun, dikarenakan ada material yang sukar diambil, maka kondisinya sudah ditinggalkan.

“Ada maksud tertentu warga memanfaatkan batunya, tapi karena sudah terlanjur roboh, ya gimana lagi. Itu masih tergeletak tapi sulit dipecah pakai lalu maupun peralatan lainnya,” ujarnya.

Dirinya mengaku jika Pemdes berencana menjadikan bangunan bersejarah itu untuk menjadi jembatan akses pertanian warga. Bahkan, pihaknya telah menyusun anggaran dana senilai Rp75 juta untuk menormalisasi bangunan itu.

“Kalau ada uang desa atau tidak ada kebutuhan lain yang mendesak, bisa kita gunakan untuk jembatan pertanian ke kebun. Kita rencanakan jembatan untuk lewat akses pertanian, sekitar habis Rp75 juta. Sudah kita desain,” pungkasnya.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini