PATI – Mondes.co.id | Kecamatan Gunungwungkal yang terletak di Kabupaten Pati, adalah sebuah daerah yang kaya akan potensi madu yang tak ternilai. Dikelilingi oleh hijaunya perkebunan dan hutan-hutan yang subur, Gunungwungkal menawarkan lingkungan yang ideal bagi lebah-lebah lokal untuk menghasilkan madu berkualitas tinggi.
Para peternak lebah di sini telah mengembangkan tradisi panen madu yang berkelanjutan, menghasilkan produk madu alami yang sangat diminati oleh masyarakat lokal dan peminat madu di luar daerah. Potensi alam yang melimpah dan komitmen terhadap praktik pertanian yang berkelanjutan menjadikan Gunungwungkal sebagai surga bagi para pencinta madu dan penggemar produk alami yang berkualitas.
Salah satu warga pun memanfaatkan potensi daerah tersebut dengan menjadi produsen madu murni. Ia adalah Tatik, yang merupakan warga Desa Gunungwungkal, Kecamatan Gunungwungkal, Kabupaten Pati. Dirinya menjual madu murni yang diambil dari peternakan sendiri.
“Karena potensi madu di desa saya sangat besar, banyak warga setempat yang membudidayakan lebah untuk usah produksi madu. Kalau usaha berternak lebah dari keluarga saya sudah ada sejak 2001. Namun saya dan suami memutuskan terjun di permaduan tahun 2020,” ungkapnya saat dihubungi Mondes.co.id, Selasa, 19 September 2023.
Awalnya tak terpikir mau meneruskan usaha keluarga, akan tetapi ternyata buah tak jatuh jauh dari pohonnya. Awal mula menekuni usaha tersebut, Tatik melihat banyaknya minat masyarakat yang saat masa pandemi Covid-19 mencari madu untuk menjaga imunitas tubuh.
“Waktu pandemi Covid melanda. Madu menjadi salah satu pilihan untuk menjaga imunitas tubuh dan banyak dicari masyarakat. Saat itu memutuskan untuk memulai beternak lebah,” jelasnya.
Tatik menjual madu mentah yang diambil dari proses produksi lebah secara langsung. Lebah-lebah tersebut merupakan lebah yang ia budidaya sendiri. Berbagai jenis madu ia jual, mulai dari madu multifora, madu randu, madu mangga, madu suket, dan madu kelengkeng.
“Saya menjual madu mentah dari petani lebah langsung atau madu yang belum diolah oleh pabrik. Ini madunya murni dari peternakan lebahnya langsung yang saya ambil. Lebah milik kami sendiri,” ujar Tatik.
Harga madu ia sesuaikan dengan pasaran. Untuk saat ini ia menjual madu dengan harga mulai dari Rp40.000 hingga Rp85.000 per kilogram.
“Untuk harga kalau di kami mengikuti harga pasaran madu. Harga grosir mulai dari Rp40 ribu sampai Rp85 ribu. Sejauh ini sih madu multifora paling banyak diminati pembeli,” ucapnya.
Selama ini dirinya menjual produksi madu ke berbagai pedagang kecil hingga pedagang besar. Di samping itu, beberapa pabrik juga berminat mendatangkan madu milik Tatik sekeluarga.
“Fokus kami ke grosir, biasanya melayani pedagang kecil maupun besar. Biasanya juga kirim ke pabrik. Madu-madu asli seperti yang saya produksi memang diminati oleh pengepul atau penjual madu eceran,” kata Tatik.
Butuh waktu 8-20 hari untuk memanen madu. Menurutnya, musim panen madu bergantung pada munculnya nektar.
“Mulanya proses produksi madu dimulai dari membudidayakan lebah. Lalu megambil madu dari nektar bunga. Lalu dikelola selama 8 sampai 20 hari. Musim madu tergantung nektar, kalau musim bunga randu ya kita ke ke daerah banyak randu. Musim karet ya kita ke daerah karet,” jelasnya.
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar