REMBANG – Mondes.co.id | Kualitas gabah yang dihasilkan oleh para petani di Kabupaten Rembang, khususnya di wilayah Meteseh, Kaliori, tengah menjadi sorotan.
Kualitas gabah yang dinilai sangat baik ini menarik minat para pedagang dari berbagai daerah untuk berdatangan dan berebut membelinya.
Fenomena unik pun terjadi di tengah maraknya permintaan gabah Rembang ini.
Sistem jual beli dengan cara “tebas pohon” atau panen lebih awal menjadi pilihan utama para pedagang.
Bahkan, jauh sebelum padi benar-benar menguning dan siap panen, puluhan pedagang telah melakukan transaksi dengan sistem panjer atau uang muka kepada para petani.
“Pedagang saling berebut mas, dengan sistem panjer dulu. Kalau nggak begitu, nggak kebagian dengan pedagang lain. Bahkan, padi masih hijau, puluhan pedagang sudah membelinya. Katanya sih khawatir nggak kebagian,” ungkap Susilo, seorang warga Meteseh, saat ditemui di sawahnya pada Rabu (29/1/2024).
Sistem “tebas pohon” ini memang cukup riskan bagi petani.
Namun, di sisi lain, sistem ini juga memberikan keuntungan tersendiri, terutama dari segi harga.
Para petani biasanya mendapatkan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan menjual gabah setelah panen.
Sementara itu, Sumawi, salah satu pedagang gabah asal pati yang ditemui oleh tim Mondes.co.id, mengaku tidak terlalu khawatir dengan risiko penurunan harga di pasaran.
“Itu sudah risiko kami sebagai pedagang, mas. Untung dan rugi sudah hal yang wajar. Yang terpenting kami dapat padi yang kualitasnya bagus,” tegas Sumawi.
Maraknya permintaan gabah Rembang memberikan dampak positif bagi para petani.
Selain mendapatkan harga yang baik, para petani juga termotivasi untuk terus meningkatkan kualitas produksi gabahnya.
Meskipun memberikan banyak keuntungan, sistem “tebas pohon” juga membawa beberapa tantangan.
Salah satunya adalah risiko gagal panen akibat cuaca ekstrem atau serangan hama penyakit.
Selain itu, sistem ini juga berpotensi memicu persaingan yang tidak sehat antara para pedagang.
Kualitas gabah Rembang yang semakin dikenal luas telah menarik minat para pedagang dari berbagai daerah.
Sistem “tebas pohon” yang unik menjadi salah satu ciri khas dalam transaksi jual beli gabah di wilayah ini.
Namun, di balik fenomena ini, terdapat sejumlah tantangan yang perlu diantisipasi oleh semua pihak terkait.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar