PATI – Mondes.co.id | Persatuan Sepakbola Indonesia Pati (Persipa) dipastikan mengikuti kompetisi Liga 2 Indonesia musim 2024/2025 berkat menjadi runner-up Grup C babak play off degradasi. Mampunya Persipa bertahan di Liga 2 musim depan berkat tangan dingin sang Caretaker Pelatih, Agus Yuniardi. Walau dirinya bukan memegang posisi pelatih kepala, tetapi Agus sukses membangkitkan asa Persipa menuntaskan laga sisa dengan kemenangan beruntun.
Kala dilatih Jan Saragih, Laskar Saridin terseok-seok di klasemen babak play off degradasi, hingga akhirnya dipecat. Namun, setelah ditukangi Agus Yuniardi, Persipa Pati mampu memenangkan tiga laga sisa dengan membantai Persatuan Sepakbola Indonesia Jepara (Persijap) 3-0, permalukan Sulut United di partai away 3-2, dan memupus harapan Persatuan Sepakbola Indonesia Balikpapan (Persiba) bertahan di Liga 2 dengan kemenangan 1-0.
Di balik itu semua, sosok Agus berjasa karena sukses memacu psikis dan fisik pemain, sehingga mampu mengoptimalkan taktik permainan menjadi lebih berkembang. Pria kelahiran Cilacap, 24 Juni 1978 itu tak pernah berhenti memompa semangat para punggawa, apalagi ia telah membersamai Persipa sejak masih berkompetisi di Liga 3.
Agus bukanlah orang baru di Persipa Pati, sebelumnya ia merupakan asisten pelatih kepala sejak 2020 mendampingi Head Coach Nazal Mustofa, karena diketahui keduanya menangani Persipa dari 2020 sampai naik kasta ke Liga 2 dengan menjuarai kompetisi Liga 3 di wilayah Jawa Tengah pada 2021. Akan tetapi di tengah kompetisi Liga 2 Indonesia musim 2023/2024, Nazal Mustofa harus mundur lantaran Persipa harus berjibaku di zona degradasi.
“Saya sejak di Persipa pada musim kompetisi 2020/2021 jadi asisten Coach Nazal Mustofa, pelatih fisiknya Coach Muklis, pelatih kiper Coach Koko asli Pati. Ini tahun ketiga saya di sini, tidak disangka. Dinamika kompetisi sempat terhenti, dan dinamika pergantian pelatih di Persipa juga kami alami. Kami dua kali ganti pelatih, mau gak mau harus jadi caretaker di sisa pertandingan,” ungkap Agus Yuniardi kepada Mondes.co.id, Sabtu, 17 Februari 2024.
Ketika membersamai tim, Agus Yuniardi konsisten menjalankan program latihan meski dirinya hanya ditunjuk manajemen sebagai caretaker, sehingga adanya kelebihan dapat di-maintenance, sementara kekurangan tim dapat ditutup. Apalagi setiap laga yang diarunginya harus membawa kemenangan bagi kesebelasan.
“Kami bisa tahu seberapa jauh kita sampai untuk menjalankan program (latihan) itu sendiri, berapa persen program kita yang sudah dirancang dan persiapkan dari awal sampai sejauh kompetisi berjalan. Karena yang namanya tim punya kekurangan dan kelebihan, kalau kelebihan tinggal maintenance, sedangkan kekurangan harus kita tutup. Setiap match kita dituntut menang biar target kita tercapai,” ujar mantan pemain Persatuan Sepakbola Indonesia Banyumas (Persibas).
Ia menyampaikan, pelatih dan pemain harus saling beradaptasi agar metode latihan, bentuk latihan, serta cara pembawaan materi latihan diterima dengan baik. Bagi pelatih berlogat Jawa Ngapak itu, saat-saat mengambil alih tim di tengah kompetisi sulit. Ditambah, tuntutan untuk memenangi pertandingan selalu mengintai posisinya sebagai pelatih, pasalnya situasi demikian menjadi konsekuensi sebuah pekerjaan.
Latihan rutin, menjaga pola makan, dan istirahat yang cukup ditekankan kepada pemain. Tentu sebagai sosok yang bertanggung jawab penuh atas kebutuhan tim, dirinya harus senantiasa menjadi seorang ayah, kawan, bahkan pengajar. Mempengaruhi para pemain tidak musti melulu di atas lapangan, akan tetapi upaya itu harus pula dilakukan di ruang ganti.
“Kami ingatkan latihan, istirahat, pola makan itu penting karena istirahat merupakan bagian dari program aktif recovery. Tidur juga harus dijaga sebagai bagian dari latihan. Mereka yang jauh dari keluarga dan yang bujang, kami lakukan pendekatan persuasif kepada mereka. Kami pelatih hanya mendampingi secara mental, namun ada banyak yang gak mereka sadari, kami harus bisa melihat kelebihan dan kekurangan mereka. Karena pelatih harus bisa jadi bapak, teman, dan pengajar,” paparnya.
Menurutnya, upaya mengembalikan kepercayaan diri pemain jauh lebih diberikan secara masif ketimbang intensitas latihan teknik dan taktik, karena pemain sudah menjalankan latihan secara periodik. Ada dua unsur yang mempengaruhi performa, yakni internal dan eksternal, ia memberikan pendekatan agar setiap individu tidak mementingkan ego masing-masing. Pada dasarnya, pelatih punya karakteristik dan gaya bermain sendiri, semua itu bergantung orang yang dilatih mampu menerjemahkan instruksi di lapangan atau tidak.
“Menyesuaikan dengan pemain di tengah padatnya kompetisi sebuah risiko dari pekerjaan. Pendekatan persuasif kami lakukan, karena pemain punya hati sendiri-sendiri, mereka jelas individu yang punya kehidupan pribadi yang beda-beda. Karena biar bagaimanapun pelatih punya karakter sendiri-sendiri, dan saya mengetahui mereka sudah lama sejak berangkat dari Liga 3, mereka sudah ngerti karakter saya. Pada sisa laga yang kami mainkan adalah anak-anak yang sudah lama main sejak di Liga 3, bukan karena gak percaya dengan skuad sebelumnya lebih tepatnya butuh tenaga fresh sehingga instruksi masuk sesuai harapan,” ujar Agus.
Diungkapkannya, skuad inti Persipa Pati mengalami perombakan di sisa laga play off degradasi, M. Yudi Safrizal ditunjuk jadi kapten tim mengganti Gustur Cahyo Putro. Selain itu, anak asuh yang sempat menjadi kepercayaan kala main di Liga 3 diturunkan guna menghadapi laga sulit kontra Sulut United, Persijap Jepara dan Persiba Balikpapan. Menurut Coach Agus, regenerasi pemain sangat dibutuhkan demi mengorbitkan energi yang baru untuk kebutuhan masa depan tim.
“Pemain Persipa punya kebersamaan tinggi, setelah Gustur banyak absen maka kaptennya Yudi, pemain ini sudah ada sejak Liga 3 yang bertahun-tahun dijalanin, sehingga butuh regenerasi dan butuh skill mereka. Yudi kita percaya jadi kapten bisa menjalankan dan membimbing anak buah dengan baik,” ujarnya.
Demi menjaga kondisi mental pemain, Coach Agus Yuniardi mengingatkan anak asuhnya bijak menggunakan media sosial karena bersifat privasi. Pasalnya, tekanan yang sering dihadapi oleh tim datang dari hujatan para netizen yang belum tentu mereka pendukung setia Persipa Pati. Bagi dirinya, netizen tidak salah mengkritik Persipa, ia menganggap hal itu menjadi pemompa semangat bagi punggawa Persipa.
Perlu diketahui, Persipa Pati tak henti-hentinya dikritik bahkan dicaci-maki oleh netizen karena terseok di zona degradasi Liga 2. Namun hal itu tak bisa dipungkiri akan mengganggu mental pemain yang masih labil, untuk itu ia tetap menyarankan para pemain fokus pada pertandingan yang dihadapi sehingga konsentrasi mereka tidak terganggu oleh adanya kalimat-kalimat negatif.
“Saya hanya ingatkan ke anak-anak berhati-hati di medsos (media sosial), kurangi unggahan-unggahan yang berpotensi menimbulkan komentar dari masyarakat di tengah terseok-seoknya Persipa di awal musim biar fokus pada match. Banyak netizen yang menghujat, ntah karena cinta atau karena iseng, saya yakin mereka semua belum tentu menyaksikan kami bermain langsung di stadion. Bahkan keluarga saya kena intimidasi dari orang yang tak dikenal. Lalu saat kalah dari Persijap di Boyolali kemarin, rombingan kami dihadang dan dimaki-maki,” beber pelatih dengan pembawaan rileks saat diwawancarai Mondes.co.id di kediamannya.
Menurut pengakuannya, musuh terberat Persipa Pati ketika menghadapi partai away kontra Sulut United di Stadion Klabat, Manado. Para pemain kunci seperti Shavkati Khotam cedera, Jacob Youmbi akumulasi, dan sejumlah pemain sakit sehingga tak masuk line up. Ditambah, intimidasi suporter tuan rumah membuat psikologi pemain terganggu.
Kendati demikian, Persipa Pati sukses mempermalukan Hiu Utara dengan skor tipis 3-2. Pertandingan yang menguras energi itu ditutup dengan gol kemenangan dramatis Persipa pada menit akhir laga.
“Menurut kami laga terberat lawan Sulut, Jacob akumulasi, Khotam cedera, sedangkan pemain gak semua bisa ke sana karena sakit. Kita kemarin bawa pemain yang siap saja, gak ada kebintangan, senioritas, yang penting siap. Waktu di Sulut saya paling khawatir karena anak-anak masuk stadion psikisnya terganggu, lantaran lapangan dikasih beling, ada intimidasi orang tak dikenal tetapu kami tak mau suudzon. Saya berpikir pertandingan paling berat itu,” ungkap Agus.
Selama menjabat, ia menyukai formasi 4-3-3. Dengan pola diamond di lini tengah, sirkulasi bola lebih mudah dimainkan. Koordinasi bahkan rotasi pemain posisi nomor, 6, 8, dan 10 harus baik untuk mempengarhui pola serangan dan bertahan.
“Ketiga gelandang di formasi 4-3-3 harus tahu fungsi masing-masing disaat bertahan dan menyerang. Sepak bola modern, pertahanan pertama striker, kita harus perhatikan rangkaian sistem defend. Statistik kami kita memasukkan bola banyak dan kemasukan banyak, produktivitas kami tinggi, lini depan tajam, tapi kenapa kemasukan banyak. Yang kita benahi organisasi di pertahanan. Organisasi belakang akan berubah ketika lini tengah kelewatan, otomatis stopper harus ambil,” ucapnya.
Ia berpendapat, pemain tengah wajib menjadi jembatan antara lini belakang dan lini depan. Tugas pemain tengah juga harus menjadi breaker ketika serangan lawan.
“Saat di Liga 3, Rizky Imam sering jadi pilihan menjadi gelandang tengah, namun di kompetisi lalu dia cedera ACL, kini kita datangkan Afrizan, Wahyu Sukarta, dan M. Fadhil. Wahyu Sukarta pengalaman tinggi dan senioritasnya tinggi sejak di Liga 1 kala memperkuat PSS Sleman, makanya jadi pilihan utama di gelandang tengah maupun bertahan. Kalau lini tengah menang, pertandingan bisa dikuasai,” ujarnya.
Tidak hanya itu, ia juga sempat membocorkan pemain Persipa yang bisa dimainkan pada posisi manapun. Ia adalah M. Rifai yang bisa menjadi bek kanan-kiri, gelandang, dan striker. Lalu pemain yang unggul dalam heading di antaranya M. Yudi Syafrizal dan Khoirul Huda.
“Pemain serba bisa M. Rifai karena dia kebugarannya istimewa dan punya tenaga ketika dimainkan di mana saja lalu bisa menjalankan fungsinya dan memahami fungsi di berbagai posisi. Kalau sundulan bagus Yudi si kapten dan Huda,” pungksnya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar