PATI – Mondes.co.id | Buddha termasuk salah satu agama tua yang telah lama eksis di dunia. Di Indonesia, agama ini kini menjadi minoritas dengan jumlah pemeluk yang tidak sebanyak dahulu.
Meski demikian, di beberapa daerah, seperti di Kabupaten Pati, masih banyak penganut Buddhisme yang tetap menjalankan ajaran dan tradisi mereka. Hal ini menunjukkan keberagaman dan kekayaan budaya, serta spiritual yang ada di Nusantara.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat lebih dari tiga ribu pemeluk agama Buddha di Bumi Pesantenan.
Berdasarkan data, umat Buddha di Kabupaten Pati tersebar di Kecamatan Juwana, Gunungwungkal, Cluwak, Tayu, Dukuhseti, dan Pati Kota.
“Jumlah penduduk Kabupaten Pati menurut kecamatan dan agama yang dianut. Penganut agama Buddha di Juwana sebanyak 645, di Gunungwungkal sebanyak 850, di Cluwak sebanyak 1.629, di Tayu ada 3, di Dukuhseti terdapat 4, dan di Pati terdapat 63,” tulis BPS Kabupaten Pati.
Menilik sumber data dari BPS Kabupaten Pati, Penyuluh Agama Buddha Kabupaten Pati, Jumi’ah mengatakan jika dihimpun jumlahnya, maka total pemeluk agama Buddha di Kabupaten Pati sebanyak 3.194 penduduk.
Ia mempertegas bahwa penduduk beragama Buddha terbanyak di Bumi Mina Tani ada di Kecamatan Cluwak, yang kemudian disusul Gunungwungkal, dan Juwana.
“Mayoritas Buddha seperti kami terdapat di Cluwak. Di Cluwak sendiri terdapat 18 vihara, termasuk tempat saya sembahyang,” ungkap Jumi’ah kepada Mondes.co.id, Sabtu (1/6/2024).
Berbagai vihara tersebar di Kabupaten Pati, bahkan ketika perayaan Hari Raya Waisak, umat Buddha di Kabupaten Pati bisa merayakan dengan aman, tentram, dan damai di sejumlah rumah ibadah.
Dalam pantauan Mondes.co.id, saat Hari Raya Waisak pada 23 Mei 2024 lalu, berbagai vihara menggelar perayaan Tri Suci Waisak.
Fenomena ini terjadi di Vihara Dhamma Metta yang berada di Desa Bleber, Kecamatan Cluwak, Kabupaten Pati. Dijelaskan bahwa umat Buddha melakukan satu bulan Penghayatan Dhamma.
“Untuk kegiatan sembahyang sebulan Penghayatan Dhamma berlaku di setiap vihara di Kabupaten Pati. Sedangkan detik-detik Waisak, sebagian besar melaksanakan di vihara masing-masing tanggal 23 Mei,” terangnya.
Vihara yang menjadi tempat ibadahnya itu pun menggelar bakti sosial dan penyuluhan kesehatan bagi warga setempat. Menurut Jumi’ah, 250 paket sembako dibagikan ke warga dan para umat Buddha di desa-desa setempat.
“Bakti sosial bertema ‘Berbagi dalam Keberagaman’, sebagai aksi nyata umat Buddha dalam implementasi tema Waisak Nasional, yakni ‘Kesadaran Keberagaman Jalan Hidup Luhur, Harmonis, dan Bahagia’. Sebelumnya, acara diawali ‘Fangshen’, yaitu lepas burung dengan bertujuan melepaskan penderitaan dari makhluk-makhluk yang terkurung,” jelasnya.
Masyarakat antusias dengan adanya kegiatan bakti sosial yang dilakukan oleh umat agama Buddha tersebut. Jumi’ah menyebut bahwa masyarakat di Desa Ngawen, Desa Karangsari, dan Desa Bleber itu sendiri menjadi sasaran penyaluran bakti sosial.
Selain itu, masyarakat umum yang berada di RT 1 dan RT 2, Dukuh Kopen, Desa Bleber menerima bakti sosial dari umat Buddha.
Sehingga bakti sosial ini memperlihatkan bukti toleransi antar umat beragama. Tidak hanya untuk pemeluk agama Buddha saja yang dapat bantuan, melainkan pemeluk agama lain juga menerima. Acara selanjutnya diisi dengan penyuluhan kesehatan kepada warga.
“Sejumlah peralatan kesehatan pun lengkap untuk penanganan warga yang mengikuti screening. Alat-alat kesehatan, materi dan media penyuluhan ada kami siapkan,” katanya.
Di tempat lain, ada pun vihara yang cukup terkenal di Kecamatan Cluwak, yakni Vihara Svara Dharma. Berada di Desa Sentul, Kecamatan Cluwak, Kabupaten Pati.
Pada detik-detik Waisak, umat Buddha melangsungkan sembahyang dengan khidmat. Sejumlah rangkaian ibadah, mulai dari pradaksina, puja bakti, dan Dhamadesana dilangsungkan.
“Selama peringatan Tri Suci Waisak, diawali pradaksina mengelilingi vihara searah jarum jam. Lalu puja bakti, kemudian Dhamadesana,” tutur pengelola Vihara Svara Dharma, Sumaryati.
Usai itu, kegiatan ditutup dengan pengambilan video pengucapan Selamat Hari Raya Waisak 2568 BE.
Lebih lanjut, di Kabupaten Pati memiliki vihara yang megah, yakni Vihara Saddha Giri yang berlokasi di Desa Jrahi, Kecamatan Gunungwungkal. Vihara ini termasuk tempat ibadah Buddha terbesar di kawasan Pantura Jawa Tengah bagian timur.
Di Vihara Saddha Giri dilangsungkan proses Paritta Suci selama berjam-jam. Sebanyak 555 umat Buddha melakukan ibadah secara khusyu’.
Vihara Saddha Giri kerap menjadi rumah ibadah yang didatangi oleh umat Buddha maupun non Buddha. Pasalnya, vihara tersebut berada di Desa Wisata Pancasila, yang cukup tersohor. Namun, untuk datang dan berfoto, pihak pengunjung harus izin dengan pengelola.
“Bangunan ini dikategorikan termegah di Pati karena berdekatan dengan melihat panorama alam yang indah. Pemandangan alam dari ketinggian terpancar bagus jika suasananya cerah. Lalu, samudera yang luas di sebelah timur jika dapat kita lihat,” ucap pengelola Vihara Saddha Giri, Ngaripin.
“Kalau sore hari, matahari yang terbenam dapat kita saksikan dengan bagus. Kalau mau berwisata ke vihara harus ada perjanjian izin dulu, khawatirnya nanti ada yang rusak,” ungkapnya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar