PATI – Mondes.co.id | Kementerian Agama (Kemenag) tekankan terciptanya kondusivitas di momentum perayaan Hari Raya Natal tahun 2023 ini.
Penyelenggara Kristen Kantor Kemenag Kabupaten Pati, Ayub Rulian Winarno mengimbau pada seluruh jemaat gereja, jajaran pegawai, dan siapapun untuk bersikap netral selama merayakan Hari Raya Natal.
Selain itu, Ayub juga menyampaikan bahwa segala simbol yang berkaitan dengan kelompok tertentu tidak ditunjukkan selama proses beribadah. Apalagi, simbol tersebut dapat menggiring ke arah kepentingan politik praktis.
“Kami senantiasa menciptakan iklim yang kondusif, kami imbau kepada jemaat, jajaran pegawai, dan siapapun netral. Selama beribadah, tidak boleh nyinggung partai, warna, maupu simbol tangan. Dilarang,” tegasnya saat diwawancarai Mondes.co.id, Sabtu, 23 Desember 2023.
Dirinya menegaskan bahwa bila ada jemaat gereja maupun pegawai pemerintahan yang berfoto tidak menunjukkan gestur dengan simbol jari yang mengarah pada dukungan poros tertentu. Oleh sebab itu, kepalan tangan dipilih untuk menjadi satu-satunya pose dalam berfoto di sela-sela momentum perayaan Natal.
“Simbol yang kami pakai kepalan tangan sesuai yang diizinkan, ini bukan ‘mentungi,’ bukan. Ini juga bukan mau ngajak ‘gelut’, kami maknai sebagai semangat. Tidak boleh ada simbol lainnya, kami ajak temen-temen foto harus gini,” ucapnya sembari menunjukkan kepalan tangan.
Menurutnya, background jemaat gereja sangat bermacam-macam, sehingga perlu adanya netralitas yang dijunjung ketika melaksanakan peribadatan di gereja secara khusyuk dan khidmat tanpa ada unsur kepentingan selain untuk sembahyang.
Pihak pengurus gereja juga perlu memastikan iklim yang kondusif dari situasi yang ada saat ini, sehingga tak ada penyalahgunaan gereja untuk didomplengi kepentingan tertentu.
“Latar belakang jemaat macam-macam, ada ABCD dan warnanya macem-macem sesuai keinginan hati mereka. Oleh sebab itu, gereja harus netral, jangan sampai memihak ke salah satu kubu, itu yang kami lakukan,” urainya.
Pengaruh informasi yang berseliweran di media sosial juga harus diperhatikan, supaya para pegawai pemerintahan maupun jemaat tidak terprovokasi.
“Tidak boleh grup-grup WhatsApp ada share-share-an yang berbau politik yang memprovokasi di Hari Natal ini. Kepada pegawai juga kami imbau jangan sampai kasih respon jempol atau tanggapan sarangheo dan lain sebagainya di media sosial,” kata Ayub saat diwawancarai.
Sejauh ini, dirinya tidak menemukan atribut tak netral yang terpasang di tempat ibadah ummat Kristiani, baik berupa gambar, bendera, maupun simbol. Namun, ia menyampaikan bahwa bila ada simbol-simbol tertentu dipakai di dalam gereja, itu pun simbol tata cara peribadatan.
“Kalau acara ritual keagamaan kami tetap gunakan simbol jari karena lepas dari politik, itu diperbolehkan karena prosedur yang harus kami lakukan,” pungkasnya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar