dirgahayu ri 80

Jelang Akhir Masa Jabatan, Bupati Blora Tinggalkan Jejak Sejarah dengan Keris Pusaka

waktu baca 3 menit
Selasa, 18 Feb 2025 12:27 0 324 Supriyanto

BLORA – Mondes.co.id | Dalam filosofi Martin Heidegger tentang “Being & Time,” keberadaan manusia dan waktu diukur melalui makna yang diciptakan.

Salah satu cara menciptakan makna tersebut adalah dengan meninggalkan tanda sejarah sebagai representasi eksistensi dan perjalanan waktu.

Bupati Blora, Arief Rohman, tampaknya memahami betul konsep ini.

Menjelang akhir masa jabatannya, ia tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik, tetapi juga meninggalkan jejak budaya yang mendalam dengan memesan keris pusaka khusus.

Bukan sekadar pelengkap busana, keris yang dipesan Arief Rohman dibuat dengan penuh kesungguhan.

Dirinya mempercayakan pembuatan benda pusaka tersebut kepada empu asli Blora, Empu Slamet Haryanto, yang dikenal memiliki keahlian tinggi dalam seni tempa keris.

Proses pembuatan keris ini melibatkan teknik metalurgi yang rumit, menggabungkan unsur besi, baja, dan nikel menjadi karya seni yang indah dan bermakna.

Selain itu, keris juga disepuh dengan doa-doa dan ritual khusus, menambah dimensi spiritual pada pusaka tersebut.

Pemilihan dapur (bentuk keris) pun tidak sembarangan. Keris Kyai Abilowo memiliki dapur Jalak Sangu Tumpeng, dapur yang sama dengan keris agul-agul Yogyakarta, Kanjeng Kyai Kopek.

Sementara itu, Keris Kyai Sekarjati mengusung dapur Sinom Rombyong, dapur langka yang menambah nilai eksklusif pusaka ini.

Ketua Harian SNKI Jateng, Muhammad Habibi, menjelaskan bahwa keris ini juga mengandung filosofi mendalam.

“Keris bukan sekadar ekspresi budaya, tetapi juga mengandung nilai-nilai filosofis dan spiritual yang mendalam,” jelasnya.

Pembuatan keris oleh Bupati Blora diharapkan dapat menginspirasi para pejabat lainnya, mulai dari kepala dinas, camat, hingga kepala desa, untuk memiliki keris atau tombak sebagai “piandel” yang mengandung doa untuk keselamatan dan kesejahteraan wilayah yang mereka pimpin.

BACA JUGA :  Turnamen Voli Alasdowo Cup 2025 Resmi Digelar

Lebih lanjut, Habibi menekankan bahwa tradisi membabar, merawat, dan mewarisi keris oleh para pejabat bukan hanya sekadar simbol kekuasaan, tetapi juga bentuk edukasi kepada masyarakat untuk melestarikan pusaka warisan leluhur.

“Dengan demikian, bilah pusaka akan tetap terawat dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang,” terangnya.

Langkah Arief Rohman memesan keris pusaka ini dapat dilihat sebagai upaya untuk meninggalkan tanda sejarah yang kuat, tidak hanya bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi Kabupaten Blora.

Keris Kyai Sekarjati dan Kyai Abilowo menjadi simbol identitas daerah, mengingatkan masyarakat akan kekayaan budaya dan tradisi yang dimiliki.

Di tengah modernisasi, pelestarian budaya seperti pembuatan keris pusaka menjadi sangat penting.

Langkah Bupati Blora ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk turut melestarikan warisan budaya mereka masing-masing.

Muhammad Habibi berharap bahwa tradisi pembuatan dan perawatan keris pusaka dapat terus dilestarikan oleh para pejabat dan masyarakat Blora.

“Dengan demikian, warisan budaya ini tidak akan hilang ditelan zaman, tetapi justru semakin kuat dan mengakar dalam kehidupan masyarakat,” tutup Habibi.

Pembuatan keris oleh Bupati Blora ini bukan hanya sekadar peristiwa seremonial, tetapi juga langkah strategis dalam melestarikan budaya dan menciptakan identitas daerah yang kuat.

Keris Kyai Sekarjati dan Kyai Abilowo akan menjadi saksi bisu perjalanan sejarah Blora, mengingatkan generasi mendatang akan pemimpin yang tidak hanya membangun infrastruktur, tetapi juga meninggalkan warisan budaya yang tak ternilai harganya.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini