JEPARA – Mondes.co.id | Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi adanya fenomena El Nino di tahun ini. Berdasarkan prediksi, dari beberapa wilayah diharapkan mewaspadai adanya fenomena tersebut.
El Nino diprediksi berkunjung hingga memunculkan musim kemarau kering. Curah hujan akan semakin berkurang dan berpotensi memunculkan kekeringan hingga kebakaran hutan dan lahan.
El Nino sendiri adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudra Pasifik bagian tengah.
Pemanasan SML ini akan meningkatkan pertumbuhan awan di Samudra Pasifik tengah dan mengarungi curah hujan di wilayah Indonesia.
Kasi Rehabilitasi dan Rekontruksi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jepara, Muh Ali Wibowo, mengatakan, sebanyak lima kecamatan dari total 16 kecamatan di Kabupaten Jepara, berpotensi alami kekeringan panjang atau El Nino.
Kelima kecamatan itu berada di Donorojo, Kedung, Batealit, Nalumsari, dan sebagian wilayah Mayong.
“Kelima kecamatan tersebut jadi fokus penanganan selama kemarau tiba. Belajar dari tiga atau empat tahun kemarin, lima kecamatan itu memang rawan kekeringan,” kata Wibowo, Minggu, 26 Maret 2023,
Saat ini BPBD Jepara tengah berkordinasi dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jepara.
Koordinasi ini untuk memastikan ketersediaan suplay air kepada masyarakat agar tetap bisa mencukupi saat kemarau tiba pada Juni nanti.
“Selama PDAM suplay airnya masih lancar, insya Allah aman. Ini kami masih diskusi dan kordinasi lebuh jauh untuk skemanya. Teris saat ini (Maret hingga April), kondisimya masih La Nina normal,” jelasnya.
Terkait penampungan air hujan untuk mengantisipasi kurangnya air saat kemarau nanti, BPBD Jepara mengaku sudah melakukanya meski belum masif.
Pihaknya juga telah menyiapkan dua truk tangki air kapasitas 5.000 liter.
“Kedepan bakal kami lakukan droping air. Tapi masih ada kendala karena ketersediaan dana yang terbatas lewat CSR. Bila nantinya memang eksrim (kekeringan) banget. Akan kami buatkan SK (surat keputisan) tanggap darurat kekeringan. Tujuanya agar bisa menggunakan dana BTT (bantuan tak terduga),” ungkapnya.
Sementara, Jepara bagian utara juga memiliki problem tersendiri. Sebab, daerah tersebut kandungan air di dalam tanahnya tak cocok untuk sektor pertanian atau rumah tangga.
“Kendala utamanta daerah utara. Karena resapanya, kalau semakin dalam, semakin asin (airnya),” imbuhnya.
Terpisah, Kabid Penanganan Darurat BPBD Jateng, Dikki Ruli Perkasa mengatakan kemarau di Jateng paling tinggi mencapai 22 dasarian atau 220 hari.
Sedangkan paling rendah, yakni hanya 10 dasarian atau 100 hari. Kabupaten Jepara pun berada di atas 13 dasarian atau berada di angka 22 dasarian untuk sebagian wilayahnya. (Ar/Dr)
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar