SEMARANG – Mondes.co.id | Gerakan mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES) tampaknya mulai soft setelah tiga orang bagian dari mereka ditangkap, lalu ditetapkan sebagai tersangka oleh Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Semarang.
Menurut aktivis mahasiswa UNNES, Kuat Nursiam, saat ini mahasiswa sedang menurunkan tempo gerakan dalam mengkritik maupun menggelar aksi di jalan.
Pasalnya, secara fisik dan mental mahasiswa terserang, lantaran aksi kepolisian yang dianggap represif di masa-masa saat ini.
“Perlu ada modifikasi gerakan dan berupaya bagaimana caranya agar kawan kita dibebaskan. Kita melakukan berbagai upaya, dan saat ini momen pendinginan dulu, kalau turun ke jalan belum tentu berimbas dengan baik,” ujar Presiden Mahasiswa (Presma) Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) UNNES saat diwawancarai Mondes.co.id.
Sejauh ini, aksi di jalan pada saat ini masih diredam karena tak ingin kondisinya semakin rumit.
Bahkan, pihak akademisi UNNES turut memberi respons agar mahasiswa UNNES tidak melangsungkan demonstrasi.
“Respons akademisi UNNES baik sudah mendatangi Kapolda Jateng. Rektor mewanti-wanti dikawal terus kita saat turun dari pihak fakultas ada pembina dan utusan kemahasiswaan,” ujarnya.
Perlu diketahui, ketiga mahasiswa UNNES ditetapkan tersangka oleh polisi setelah diduga bertindak sebagai Anarko, serta terlibat dalam penyanderaan seorang intel kepolisian.
Bahkan, penyanderaan itu viral karena videonya tersebar di berbagai media sosial.
Aksi Anarko itu terjadi pada 1 Mei 2025 lalu, ketika mereka turun memperingati Hari Buruh Internasional di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah.
Padahal, menurut penuturan Presma BEM KM UNNES, tak ada bukti kuat bahwa tiga rekannya terlibat tindak anarkis.
“Ada mahasiswa yang join grup Anarko, sebetulnya mereka (Polrestabes Semarang) melanggar privasi membuka paksa handphone dan juga mereka (mahasiswa) tahu pembahasan Anarko sebatas guyonan. Padahal grup tersebut sebagai ekspresi mahasiswa meluapkannya ketika melihat kondisi saat ini. Aku rasa tuduhan Anarko itu berlebihan,” imbuhnya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar