Ibadah Nyepi di Pati Berjalan Khidmat, Wujudkan Kedamaian dan Kesucian Diri

waktu baca 3 menit
Minggu, 30 Mar 2025 11:39 0 213 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Pelaksanaan rangkaian ibadah di Hari Raya Nyepi tahun 2025 bagi Umat Hindu memuat dengan tema ‘Menawasewa, Medawa Sewa Munuju Indonesia Emas 2045’.

Umat Hindu Kabupaten Pati menjalani ritual ibadah di Hari Raya Nyepi dengan khidmat dalam melangsungkan catur brata penyepian.

Suasana damai memberi kesempatan bagi Umat Hindu melakukan introspeksi dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Catur brata berlangsung selama 24 jam, sehingga Umat Hindu melalui empat pantangan, di antaranya amati geni (tidak menyalakan api), amati lelungan (tidak bepergian), amati lelanguan (tidak menikmati hiburan), dan amati karya (tidak melaksanakan aktivitas).

Di samping itu, umat Hindu juga melangsungkan puasa pada Sabtu, 29 Maret 2025.

Dalam praktiknya, masyarakat pemeluk agama Hindu melaksanakan ibadah Nyepi di kediaman masing-masing.

Ketua Parasida Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Pati, I Ketut Tutut menjelaskan makna peringatan Hari Raya Nyepi kali ini yaitu melayani sesama manusia merupakan salah satu wujud pengabdian kepada Hyang Widhi.

Oleh karena itu, pada pelaksanaan puncak Hari Raya Nyepi, seluruh umat beragama Hindu mengevaluasi diri dari berbagai masalah yang pernah dilakukan kepada apapun dan siapapun.

“Pelaksanaan Hari Raya Nyepi dengan catur brata dengan tidak melakukan aktivitas, tidak bepergian, tidak liburan, tidak menyalakan api maupun perangkat apapun. Tujuannya untuk evaluasi diri dari masalah, perbuatan, pikiran, perkataan yang mungkin menyakiti orang lain,” jelas ketua lembaga majelis agama Hindu tersebut.

BACA JUGA :  Hadiri Pengajian Akbar Tayu, Henggar Ingin Lebih Dekat Rakyat

Umat Hindu mencoba untuk mengendalikan diri. Diharap melakukan refleksi diri menghayati kehidupan berdampingan antar umat beragama, sehingga pihaknya memastikan menjaga keharmonisan, ketentraman, dan kehidupan yang berwarna.

“Hari H-nya kami melangsungkan catur brata mulai pukul 06.00 sampai 06.00 di hari berikutnya dengan berpuasa. Kami refleksi atas apa yang kita lakukan selama tahun ini,” tuturnya kepada saat dihubungi Mondes.co.id, Minggu, 30 Maret 2025.

Kegiatan dilanjutkan dengan ngembak geni atau simakrama antar umat dan saudara pada hari ini.

Umat Hindu pun saling bersilaturahmi dengan saudara dan sesamanya pada momen bebas beraktivitas ini.

“Giat ngembak geni ada simakrama atau silaturahmi dengan saudara atau teman di sekitara Umat Hindu Pati setelah selesai melaksanakan penyepian selama 1×24 jam. Semangat kegiatan rangkaian ibadah Nyepi kali ini memiliki semangat kebersamaan, baik umat yang berada di sekitaran Pura Kerta Bhuana, Pati maupun umat yang berada di sekitaran Pura Segara Bhuana, Jaken,” ujarnya.

Perlu diinformasikan, pada Minggu, 23 Maret 2025 lalu, Umat Hindu asal Bumi Mina Tani telah melaksanakan melasti di Pantai Bandengan, Jepara.

Melasti ini dengan maksud membersihkan kotoran untuk mendapatkan kesucian secara spriritual, baik Buana Agung (alam semesta) dan Buana Alit (jasmani dan rohani).

“Pada tanggal 23 Maret kami melangsungkan melasti di Pantai Bandengan berguna membuang kotoran atau membersihkan diri untuk kesucian spiritual, Buana Agung dan Buana Alit. Buana Agung adalah alam semesta, sedangkan, Buana Alit adalah tubuh kita sendiri, pembersihan jasmani dan rohani secara spiritual,” paparnya.

Lebih lanjut, pada 28 Maret 2025, Umat Hindu melakukan pecaruan. Umat Hindu melangsungkan tawur agung di Pura Kerta Bhuana.

Pada pelaksanaanya disembelihlah ayam hitam sebagaimana punya makna menetralisir hal negatif agar pelaksanaan ibadah berjalan lancar dan khidmat.

BACA JUGA :  Dua Atlet Muda Jepara Sabet Prestasi Cabor Menembak Tingkat Provinsi

“Saat pecaruan kita menyembelih ayam hitam sebagaimana memiliki makna menetralisir hal negatif di lingkungan pura agar pelaksanaan Nyepi berjalan baik dan khidmat. Kegiatan pecaruan berlangsung satu jam pukul 14.00 sampai 15.00 WIB,” urainya.

Pihak Forum Kerukunan Amat Beragama (FKUB) datang meninjau pelaksanaan pecaruan.

“Kami sampaikan bahwa pecaruan ini memiliki maksud menetralisir pengaruh negative dari Bhuta Kala agar pelaksanaan Nyepi berjalan khidmat. Dan agar umat beragama menjaga hubungan yang harmonis, rukun, dan tentram,” sebutnya.

Selama pelaksanaannya, Umat Hindu melangsungkan sembahyang dengan damai. Total ada 25 Kepala Keluarga (KK) yang memeluk agama Hindu di kabupaten berjuluk Bumi Mina Tani.

“Semangatnya kami kebersamaan, karena keberadaan umat dinamis. Total di Pati ada 25 KK, ada yang melaksanakan sembahyang di Pura Kerta Bhuana Pati dan ada yang melaksanakan sembahyang di Pura Segara Buana Jaken,” pungkasnya.

Editor: Mila Candra 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini