PATI – Mondes.co.id | Harga beras kini berada di angka Rp14.000 hingga Rp17.000 per kilogram.
Kenaikan ini sangat memberatkan masyarakat, salah satunya di Kabupaten Pati.
Penjual nasi di Kelurahan Ngarus, Kecamatan Pati Kota, Eni mengeluhkan adanya harga barang pokok yang serba mahal, mulai dari beras, cabai, dan telur.
Bahkan tingginya harga barang pokok sangat mempengaruhi daya beli masyarakat untuk membeli makanan di warung.
“Harga beras ada Rp15.000 sampai Rp17.000 yang untuk konsumsi sendiri dengan jenis Andong dan Marlin. Kalau beras buat jualan harganya Rp14.000 seperti jenis Apel dan Pak Tani, kalau yang buat jualan di sini Apel,” ungkapnya saat diwawancarai Mondes.co.id di warung, Rabu, 24 September 2025.
Menurutnya, harga beras ini sudah naik sejak Mei lalu, dari yang sebelumnya Rp12.500 hingga Rp13.500 per kilogram.
Sudah lima bulan ia merasakan mahalnya harga beras.
“Dari harga sebelumnya Rp12.500 sampai Rp13.500. Kalau beras lama naik terus, sejak lima bulan terakhir, habis Lebaran,” katanya.
Selain beras, harga cabai juga tergolong tinggi.
Harga cabai merah keriting Rp60.000 per kilogram, serta harga cabai rawit Rp30.000 per kilogram.
“Rp60.000 per kilogram untuk cabai merah keriting, cabai rawit biasa Rp25.000 sampai Rp30.000 per kilogram. Kalau cabai rawit setan 1 ons Rp7.000, kadang kalau beli cabai rawit setan paling cuma seperempat kilogram seharga Rp10.000,” ucapnya sembari menghela nafas.
Lebih lanjut, harga telur yang awalnya Rp25.000 per kilogram, kini sudah mencapai Rp28.000 per kilogram.
Kondisi demikian semakin membuat pelaku usaha kuliner menjerit.
“Harga telur Rp27.000 sampai Rp28.000, padahal biasanya Rp25.000. Kini naik semua, brambang (bawang merah) juga gak turun-turun,” lanjut Eni.
Tingginya harga barang pokok sebagai bahan dasar kuliner, berdampak pada penjualan di warung tempatnya menyambung hidup.
Jualannya kini sepi dan pendapatannya menurun dari biasanya.
“Dampaknya, pertama jualan sepi. Kemudian, kedua pendapatan menurun yang biasanya ramai Rp1 juta atau Rp1,5 juta bahkan ke atas, kini pendapatan sepi Rp600 ribu hingga Rp700 ribu,” ucapnya.
Eni pun berharap harga kebutuhan pokok masyarakat (kepokmas) segera turun.
Pasalnya, keberadaan warung menjadi sektor pemenuh kebutuhan masyarakat.
“Kalau nggak jualan gimana? Sedangkan, jualan kami diandalkan oleh pembeli. Harapannya harga turun,” harapnya sambil bersabar.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar