PATI – Mondes.co.id | Terjadi fluktuasi harga cabai di Kabupaten Pati, mengingat bahan utama untuk membuat sambal itu sangat bergantung pada berbagai faktor agar tetap dalam kondisi yang diminati konsumen.
Hal inilah yang mempengaruhi harga cabai selalu tidak pernah stabil.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Kabupaten Pati, Hadi Santosa melalui Kepala Bidang (Kabid) Perdagangan Disdagperin Kabupaten Pati, Kuswantoro, menerangkan jika harga cabai selalu berubah-ubah dan sering melonjak naik.
Bahkan, sejak Ramadan harga cabai rawit merah alias lombok setan di angka Rp90 ribu hingga ratusan ribu.
“Harga cukup stabil, dalam arti tidak terlalu tinggi, dan yang tinggi hanya cabai. Minggu awal Ramadan harga cabai sempat tinggi sampai rawit merah Rp90 ribu,” sebutnya saat diwawancarai Mondes.co.id, Rabu, 26 Maret 2025.
Terkini harga cabai rawit merah di Kabupaten Pati mencapai Rp100.000 perkilogram. Kemudian, harga cabai teropong di angka Rp65.000 perkilogram.
“Untuk harga cabai yang naik cabai rawit merah yang awalnya 24 Maret di angka Rp 90.000 perkilogram menjadi Rp100.000 perkilogram. Lalu harga cabai teropong yang berubah-ubah dari Rp55.000 perkilogram pada pekan lalu, kemudian naik jadi Rp60.000 perkilogram pada 25 Maret, dan sekarang pada 26 Maret menjadi Rp65.000 perkilogram,” urainya.
Di sisi lain, harga cabai keriting mengalami penurunan. Cabai keriting awalnya Rp45.000 perkilogram, sekarang menjadi Rp40.000 perkilogram. Harga tersebut kembali seperti pekan sebelumnya.
“Cabai keriting harganya konsisten turun Rp45.000 perkilogram pada 24 Maret, turun jadi Rp42.000 perkilogram pada 25 Maret 2025. Kini, harga cabai keriting menjadi Rp40.000 perkilogram,” terang Kuswantoro.
Sedangkan, harga cabai rawit hijau tetal stabil di angka Rp75.000 perkilogram.
Ia memaparkan alasan harga cabai sering berubah-ubah lantaran cuaca. Ketika hujan, cabai akan menghasilkan kondisi yang kurang baik, begitupun ketika terik, hasilnya kurang segar, sehingga berpengaruh pada minat konsumen.
“Jenis-jenis cabai sering sekali perubahan karena penanaman tergantung cuaca. Kalau bagus panennya lumayan, kalau hujan atau terik harga otomatis turun,” ujar Kuswantoro.
Andaikan pasokan cabai lokal di Kabupaten Pati mampu menyetok kebutuhan masyarakat, maka tak terlalu berpengaruh pada perubahan harga.
Hal ini dipicu rantai distribusi yang pendek, sehingga ongkos transportasinya sedikit.
“Cabai dalam kota atau lokal tidak begitu berpengaruh (perubahan harga) karena rantai distribusi lokal pendek, tidak terlalu banyak biaya transportasi. Yang berpengaruh komoditas apapun dari luar karena rantai distribusinya panjang,” tandasnya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar