Foto: Peternakan kambing di Rembang (Mondes/Supriyanto) REMBANG – Mondes.co.id | Para peternak kambing di Kabupaten Rembang menghadapi tantangan signifikan, menyusul adanya penurunan harga jual ternak yang terjadi belakangan ini.
Meskipun situasi pasar sedang lesu, semangat para peternak untuk terus menjalankan usaha mereka tidak luntur.
Penurunan harga ini salah satunya dirasakan di wilayah Kecamatan Kaliori.
Sunardi, seorang peternak kambing dari Desa Gunungsari, Kecamatan Kaliori, membenarkan adanya tren penurunan harga tersebut.
Namun, ia menyikapinya dengan bijak sebagai dinamika pasar yang wajar.
“Ya Mas, saat ini harga kambing turun, tapi kami sebagai peternak menganggap wajar. Kadang harga pasar ada naik, ada turun, merupakan hal biasa,” ungkap Sunardi saat ditemui di kandangnya yang menampung puluhan ekor kambing, Senin (8/12/2025).
Kegigihan Sunardi terlihat jelas dari jumlah ternak yang masih ia pelihara.
Puluhan ekor kambing yang terawat di kandangnya, menjadi bukti nyata bahwa fluktuasi harga tidak menyurutkan langkahnya dalam menekuni profesi sebagai peternak.
Penurunan harga ini ternyata memiliki korelasi kuat dengan musim tanam yang sedang berlangsung.
Menurut Sholeh, seorang pedagang kambing dari Desa Tlogomojo Kecamatan Rembang yang juga senada dengan pernyataan Sunardi, penyebab utama anjloknya harga adalah ketidakseimbangan antara suplai dan permintaan di pasar.
“Harga kambing turun karena lebih banyaknya jumlah yang dijual peternak ke kita, Mas, daripada yang beli,” terang Sholeh, menjelaskan situasi pasar dari sudut pandang pedagang.
Sholeh menambahkan bahwa musim tanam merupakan periode kritis yang memicu meningkatnya pasokan kambing ke pasar.
Para petani yang juga merangkap sebagai peternak, cenderung menjual ternak mereka untuk mendapatkan modal yang dibutuhkan dalam menggarap lahan pertanian.
“Pada musim tanam, petani lebih memilih menjual ternaknya untuk modal pertanian, sehingga stok di pedagang cukup banyak, sehingga harga turun,” jelasnya.
Ketika stok di tangan pedagang melimpah, mekanisme pasar secara otomatis menekan harga jual.
Meski demikian, kondisi ini diprediksi tidak akan berlangsung lama.
Para pedagang dan peternak memiliki harapan besar bahwa harga kambing akan kembali merangkak naik, seiring dengan bergantinya musim dan tradisi pasar.
Sholeh memprediksi titik balik kenaikan harga akan terjadi menjelang atau saat memasuki musim panen, yang biasanya bertepatan dengan Bulan Rajab dalam kalender Hijriah.
“Tapi biasanya saat panen di Bulan Rajab, harga sudah mulai naik lagi,” imbuh Sholeh dengan nada optimis.
Bulan Rajab sering kali menjadi momen peningkatan permintaan karena berbagai tradisi dan kebutuhan masyarakat.
Sehingga diharapkan dapat menyeimbangkan kembali pasokan yang berlebih saat ini.
Kehadiran puluhan ekor kambing di kandang Sunardi dan prediksi optimis dari Sholeh, mencerminkan bahwa meskipun sedang menghadapi tantangan, ekosistem peternakan di Kabupaten Rembang tetap berjalan.
Para peternak diajak untuk tetap bersabar dan merawat ternaknya dengan baik, menunggu momen di mana roda ekonomi pasar kembali berpihak kepada mereka.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar