dirgahayu ri 80

Harga Jagung di Pati Naik, Petani Harap Bisa Stabil di Angka Rp5 Ribu

waktu baca 3 menit
Kamis, 7 Agu 2025 13:40 0 104 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Harga jagung di Kabupaten Pati saat ini mengalami kenaikan.

Menurut salah seorang petani jagung asal Desa Wukirsari, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati, Bambang Sutiknyo, harga terkini di angka Rp5.800 per kilogram.

Di mana awalnya pada bulan lalu berada di angka Rp4.600 perkilogram.

“Harga jagung sekarang mencapai Rp5.800 perkilogram, kemarin Rp5.000 perkilogram, sedangkan sebulan yang lalu Rp4.600 perkilogram. Pengaruhnya kadar air yang biasanya orang panen ditaruh bubuk sampai dua bulan kemudian dibawa pulang, maka hasilnya kering,” ujarnya kepada Mondes.co.id, Kamis, 7 Agustus 2025.

Menurutnya, harga tinggi disebabkan karena kondisi jagung yang minim kadar air pada waktu pasca panen, kemudian tidak ada jamur dan warna jagung kuning, sehingga kondisi jagung panenan kering.

Ia harap harga jagung stabil di angka Rp5 ribuan.

“Kondisi jagung kering, terus tidak menjamur, warna kuning, biasanya jagung kering tinggi harganya karena kegunaan jagung ini nanti bukan dikonsumsi masyarakat, melainkan untuk pakan ternak. Yang penting tidak kurang Rp5.000 sudah bagus,” jelasnya.

Bambang pun bersyukur dengan hasil panen kali ini. Ia mampu meraup hasil penjualan jagung senilai Rp21 juta.

“Lumayan mas, kemarin masih dapat Rp21 juta. Saya jual di bakul dekat rumah,” terangnya.

Diketahui, masa jagung sudah dapat dipanen ketika berusia empat bulan. Sedangkan ia sendiri memanen jagung pada Juni lalu.

Di lahan seluas 1,25 hektar, tahun ini ia memanen 5 ton jagung.

Namun, jumlah tersebut mengalami penurunan dibandingkan tahun 2024 lalu.

BACA JUGA :  Banyak Kendaraan Milik Warga Jepara Bukan Plat K, Diminta Segera Ganti

Bambang menyebut, pada masa yang sama di tahun lalu, berhasil memanen 5,5 ton di luasan lahan 1 hektar.

Menurutnya, di tahun ini sejumlah tantangan ditemui kala budi daya tanaman jagung, seperti cuaca dan hama.

“Hasilnya 5 ton di garapan 1,25 hektar, belum maksimal yang seperempat hektar tidak begitu berhasil. Tahun lalu menghasilkan 5,5 ton hanya di 1 hektar, tapi ini ditambah seperempat malah hanya 5 ton,” bebernya.

Ia mengaku jika kondisi hujan yang sempat melanda sepekan sebelum panen, mengakibatkan kondisi jagungnya terserang jamur. Bahkan puluhan karung jagungnya dalam kondisi memprihatinkan.

Meskipun hujan, ia menyampaikan jika pada masa tanam jagung terakhir lebih bagus, dikarenakan tanah tidak kekeringan.

Pasalnya, irigasi di lahannya hanya mengandalkan air hujan, sebab termasuk lahan tadah hujan.

Sedangkan untuk pemupukan dilakukan sebanyak dua kali selama satu musim tanam jagung.

”Kemarin yang 29 karung kurang baik, njamur, lantaran kehujanan seminggu di sawah, lagi saya bawa pulang. Kalau pengairan kami andalkan tadah hujan,” ucap Bambang.

Di sisi lain, pada tanam jagung yang sudah dilaluinya, terdapat banyak tikus yang merusak tanaman. Hal itu dipicu kelembaban cuaca.

“Tikus semakin banyak. Biasanya sedang ulur sudah dimakan batangnya sampai bagian kelobot juga dimakan. Kemudian kelobot mulai kemrikit, jagung yang seperti itu menjadi manis bisa dibuat bakwan,” tandasnya.

Saat ini Bambang dan para petani jagung tengah membersihkan lahan untuk masa tanam jagung berikutnya.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini