JEPARA – Mondes.co.id | Situasi usaha perikanan tangkap di Karimunjawa sedang mengalami masalah. Para nelayan Kemujan mengaku gelisah karena harga komoditas ikan anjlok. Kini, nasib usaha nelayan berada di ambang kerugian.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Kelompok Nelayan Riski Samudra Desa Kemujan Anita Nur Afifah. Ia mengungkapkan keresahannya tersebut. Menurut Afifah, hasil tangkapan laut yang dijual oleh nelayan dihargai murah.
“Kami nelayan Karimunjawa khususnya Desa Kemujan merasa gelisah. Hasil laut kami dibeli dengan harga murah,” kata Afifah, Jumat 24 November 2023.
Misalnya saja untuk harga cumi yang biasanya dijual Rp60 ribu, turun menjadi Rp45 ribu per kilogram.
Harga ikan tongkol yang biasanya Rp19 ribu dihargai hanya Rp11 ribu per kilogram. Tengiri yang biasanya Rp60 ribu, turun menjadi Rp45 ribu per kilogram. Baronang biasanya Rp25 ribu, turun menjadi Rp12 ribu per kilogram.
“Jika ikan kakap merah yang biasanya Rp65 ribu hanya dihargai Rp50 ribu per kilogram,” katanya.
Akibat adanya penurunan harga jual ikan, nelayan mengaku merugi. Hal tersebut dikarenakan, tidak bisa menutup biaya operasional saat melaut.
“Untuk beli solar butuh Rp280 ribu per jeriken atau sekitar 33 liter,” kata dia.
Ditanya mengenai hasil tangkapan, Afifah mengaku masih banyak, meski menghadapi cuaca ekstrem yang terjadi beberapa bulan lagi. Akibat kondisi ini, kata Afifah para nelayan Kemujan memutuskan berhenti berlayar sementara waktu.
“Jadi merasa nelayan ini merugi, misal saja harga cumi biasanya dibeli harga Rp60 ribu mulai tanggal 17 November 2023, sekarang menjadi Rp50 ribu. Terus per tanggal 24 November 2023 dibeli Rp45 ribu. Padahal untuk bahan baku kita mahal, solar untuk sekali pergi nelayan membutuhkan solar 20-30 liter per hari dengan 1 liter solar harga Rp8 ribu, dan bahan bakar Pertalite biasanya membutuhkan rata-rata 10 liter dengan harga Rp12 ribu,” tambahnya.
Ada sebagian tengkulak yang sudah tutup, ada juga yang masih tetap buka namun dibeli dengan harga tidak normal. Dengan alasan ditampung, warga juga dibuat resah katanya pabriknya cumi tutup. Untuk saat ini, para nelayan desa Kemojan Karimunjawa mengalami kemerosotan perekonomian, padahal semua bahan pangan di wilayah ini juga mahal.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar