dirgahayu ri 80

Gropyokan, Metode Klasik Petani Musnahkan Hama Tikus secara Brutal di Ladang Padi

waktu baca 3 menit
Sabtu, 12 Apr 2025 13:40 0 257 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Petani di Kabupaten Pati melakukan aksi gropyokan. Gropyokan ini dimaknai sebagai cara kaum tani lokal untuk membunuh tikus yang menjadi hama bagi tanaman pertanian secara barbar.

Petani membuatkan sebuah jebakan di tanah ladang mereka secara acak.

Meski hanya berbentuk lobang, tetapi lobang tersebut bisa membuat tikus tersungkur ke dalam lobang yang disiapkan.

Terkadang, lobang yang tersedia memang sengaja tanpa disadari tikus untuk tempat nyaman bersembunyi, sehingga tikus merasa lengah di zona nyaman yang tersedia sebagai tempat sembunyi.

Padahal, tempat itu adalah maut bagi binatang bernama latin Rattus argentiventer.

Menurut salah satu Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Pati, Ummi Hudaefah, petani memanfaatkan momentum ketika tikus berada di dalam lobang dengan mengocor air ke seluruh ladang.

Otomatis, lobang akan terisi air dengan metode cross, yang berakibat tikus keluar karena dorongan volume air yang melimpas.

“Kan ada leng (lobang di tanah), tempat mereka (tikus) bersembunyi. Lobang bolongan dikocor pakai air dari selang yang dihubungkan dengan mesin pompa air, kan kalau ada tikus terus keluar, terus petani yang ikut tadi siap-siap gebuk pada bawa kayu,” terang PPL yang bertugas di Kecamatan Kayen tersebut ketika ditanya Mondes.co.id, Sabtu, 12 April 2025.

Menurutnya, lobang yang dibuat tidak terlalu dalam, sehingga diairi langsung muncul ke permukaan.

Usai muncul ke permukaan, tikus pun lari montang-manting. Saat itulah, petani mengejar tikus yang berlari tunggang-langgang hingga tertangkap.

“Lobang gak begitu dalam kok, digrojok bentar terus pada keluar, tetapi memang harus kerja sama banyak orang, karena saat keluar, tikus langsung lari kemudian kami mengejar, mencegat, akhirnya dipukuli sampai mati. Ngetan (ke timur), ngidul ( ke selatan), ngulon (ke barat), ngalor (ke utara) sambil memantau tikus larinya ke mana,” imbuh PPL yang bertugas di Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Kayen itu.

BACA JUGA :  Bayi Masih Bertali Pusar Terlantar di Tengah Hutan, Dirubung Belatung dan Semut

Selama waktu penangkapan perlu kerja sama yang solid antar petani, karena melumpuhkan tikus tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Ditambah, kadangkala tikus menyerang balik atau tak terkendali merusaki tanaman lagi.

“Seketika memang tikus tidak langsung mati, perlu beberapa gebukan. Makanya gropyokan tidak bisa dilakukan sedikit orang, harus kerja sama banyak orang,” urainya.

Ummi menjelaskan bahwa upaya gropyokan akan memusnahkan populasi tikus.

Pasalnya, tikus sering memakan padi-padi petani di sawah ketika sudah tumbuh, sehingga mengurangi kuantitas padi ketika dipanen.

“Tujuannya biar padinya aman nggak dihabisin tikus, jadi populasi tikus dikurangi. Kalau rutin bisa hilang tikusnya malah bagus, biar panennya melimpah,” katanya.

Terakhir, ia bersama para petani dan PPL lainnya melangsungkan gropyokan di beberapa desa, seperti Desa Talun, Desa Srikaton, dan Desa Boloagung.

Puluhan tikus berhasil dimusnahkan ketika di masing-masing lahan persawahan.

“Kami bisa memperoleh 30 sampai 40-an tikus. Kegiatan gropyokan sejauh ini saya ikuti di Talun, Boloagung, Srikaton juga,” tutupnya.

Editor; Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini