Gawat, Petani Jagung di Pati Gagal Panen

waktu baca 2 menit
Jumat, 26 Des 2025 13:12 0 42 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Petani jagung kini kecewa, lantaran hasil produksi jagung tak sesuai ekspektasi.

Pasalnya, saat ini nasib mereka tengah terpuruk lantaran gagal panen.

Hal ini dirasakan oleh salah seorang petani jagung asal Desa Wukirsari, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati, Sarlan.

Lahan jagungnya kini memprihatinkan, serangan tikus memaksanya menerima kenyataan pahit.

Menurutnya, tikus saat ini sangat banyak merusak tanaman jagung, bahkan serangan hama ini paling banyak terjadi di tahun 2025.

Tikus-tikus itu menyerang komoditas jagung secara massal dan merata di hampir seluruh lahan jagung wilayah Kabupaten Pati.

Padahal, sebelum-sebelumnya serangan tikus hanya beberapa waktu saja.

Sarlan menjelaskan bahwa biaya modal yang dikeluarkan tidaklah sedikit.

Untuk setiap hektar, petani harus merogoh kocek hingga Rp10 juta untuk benih, pupuk, dan perawatan.

Dengan kondisi saat ini, ia memastikan bahwa hampir 90 hingga 100 persen tanaman jagungnya gagal panen.

Situasi tersebut menyebabkan petani jagung berada di posisi sulit.

Apalagi, beberapa di antara petani lainnya mengandalkan hutang bank sebagai modal tanam.

“Kerugiannya puluhan juta. Sekarang banyak warga yang terpaksa pergi merantau, cari uang buat bayar hutang bank karena di sini sudah tidak ada yang bisa dipanen,” katanya, Jumat, 26 Desember 2025.

Ia berharap, pemerintah segera turun tangan memberikan solusi jangka panjang untuk membasmi hama tikus yang telah melumpuhkan ekonomi.

Sementara, Kepala Desa (Kades) Wukirsari, Sulistiono mengungkapkan bahwa serangan hama tikus sebenarnya sudah mulai dirasakan sejak tahun 2023.

Namun, intensitasnya tidak sedahsyat tahun 2025 ini.

BACA JUGA :  Gelar Aksi Damai, Ribuan Warga Pati Kirimkan Surat Cinta Kepada KPK

“Tahun 2025 ini puncaknya. Dari awal bulan pertama hingga sekarang masa tanam, serangannya merata hampir di satu desa,” ungkapnya ketika dikonfirmasi.

Ia menyampaikan, banyak warga setempat yang memutuskan kerja di luar daerah ke Kalimantan dan Sumatera demi mencari nafkah.

Demi mencari pundi-pundi rupiah untuk menutupi modal tanam yang dipinjam dari bank.

“Biaya tanam sendiri bisa mencapai Rp10 juta per hektar hingga masa panen,” pungkasnya.

Editor: Mila Candra 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini