JEPARA – Mondes.co.id | Gagasan besar Raden Ajeng Kartini ternyata mampu membangkitkan api nasionalisme di kalangan pemuda terpelajar waktu itu.
Ketua Yayasan Kartini Indonesia Hadi Priyanto mengungkapkan, gagasan-gagasan besar RA Kartini itu ditulis melalui surat-suratnya.
“Para pemuda Sekolah Kedokteran Jawa di STOVIA Batavia menyebut, Kartini sebagai Ayunda. Mereka berkomunikasi melalui surat untuk membicarakan persoalan-persoalan yang mereka hadapi. Juga mimpi dan harapan untuk bersatu bagi bangsanya. Bahkan, Kartini pada tahun 1903 telah menyebut bahwa mereka telah mendirikan Jong Jawa,” terang Hadi yang dikenal juga sebagai pegiat literasi Jepara dan penulis buku, Kamis (24/4/2025).
Sementara, para pemuda Hindia Belanda yang sekolah di Belanda dan tergabung dalam perkumpulan Indische Vereeniging, menjadikan pokok-pokok dan gagasan Kartini sebagai pedoman resmi organisasi.
“Para pemuda ini nantinya menjadi tokoh-tokoh pergerakan yang mengantarkan Bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan,” kata dia.
Pengakuan atas peran besar RA Kartini juga muncul dari tokoh pergerakan dr Tjipto Mangunkusumo yang lahir di Pecangaan, Jepara.
Dalam tulisannya di surat kabar milik Dr. Douwes Dekker, De Express tanggal 24 Mei 1912 ia menulis, “..tiap halaman surat Kartini tertuang keinginan, harapan, dan perjuangannya untuk mengajak bangsanya bangun dari tidurnya yang panjang yang telah beratus-ratus tahun,” ungkap Hadi Priyanto.
ia juga mengungkapkan, kecintaan Kartini pada bangsa bukan hanya dinyatakan dalam surat-suratnya, tetapi dalam tindakan nyata dengan mengembangkan seni ukir, batik, kerajinan, nyanyian bocah, dongeng, serta mendirikan sekolah gadis.
Di samping pahlawan emansipasi, penyulut api nasionalisme, Kartini juga layak disebut sebagai Ibu Pendidikan, Ibu Literasi, Ibu Vokasi, Wartawan Perempuan Pertama, Eksportir Perempuan Pertama, dan Ibu Ekonomi Kreatif Indonesia.
“Raden Ajeng Kartini meski tubuhnya seolah terpenjara, tetapi tidak untuk pemikirannya. Di umurnya yang masih belia, Kartini menyuarakan ketidakadilan dan mengungkapkan banyak gagasan serta sumbangan pemikiran dan gerakan nyata bagi bangsa, sampai dia mengembuskan nafas di Rembang pada 1904, pada usia 25 tahun,” ujar Hadi Priyanto.
Di akhir peparannya, Hadi juga menjelaskan, RA Kartini adalah Pahlawan Kemerdekaan Republik Indonesia.
“Penghargaan tersebut tertuang dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 1964 yang ditandatangani oleh Presiden Ir. Soekarno,” ungkapnya.
“Penghargaan oleh Negara tersebut diberikan, mengingat jasa-jasanya sebagai pemimpin Indonesia di masa silam, yang semasa hidupnya, karena terdorong oleh rasa cinta Tanah Air dan Bangsa, memimpin suatu kegiatan yang teratur guna menentang penjajahan di bumi Indonesia,” terangnya.
Namun, Kartini hingga kini lebih dikenal sebagai pahlawan atau pendekar emansipasi wanita yang gigih memperjuangkan persamaan hak antara perempuan dan laki-laki.
“Disinilah pentingnya dikembangkan literasi sejarah,” pungkasnya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar