Disdagperin Pati Jelaskan Harga Telur Cenderung Fluktuatif

waktu baca 2 menit
Selasa, 7 Okt 2025 15:32 0 46 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Harga telur di Kabupaten Pati mengalami kondisi yang perlu disorot.

DBHCHT TRENGGALEK

Keadaan harga telur di pasar sulit diprediksi, lantaran berbeda-beda.

Menurut penjelasan Petugas Analis Perdagangan Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Kabupaten Pati, Suwardi, harga telur ayam ras di pasaran Kabupaten Pati senilai Rp28.000 per kilogram.

Sedangkan harga telur ayam kampung senilai Rp52.500 per kilogram.

Catatan itu disebutkannya usai melakukan kontrol harga di 20 pasar tradisional.

“Harga telur sekitar di angka Rp28 ribu sampai Rp29 ribuan, itu kalau catatan kami saat operasi harga di Pasar Gowangsan (Rogowongso). Karena telur itu kan harga berbeda ditentukan karena kualitasnya,” ungkap Wardi kepada awak media, Selasa, 7 Oktober 2025.

Dijelaskannya bahwa kualitas telur memengaruhi ukuran berat telur, sehingga berdampak pula pada harga.

Kondisi telur yang bagus memiliki warna yang cokelat keputihan dan ukuran cangkang yang tipis.

Sedangkan, telur akan semakin bagus apabila warna kulitnya cokelat kemerahan dan cangkang yang tebal.

Sehingga kondisi telur yang seperti ini jauh lebih awet.

“Karena telur itu dipengaruhi kualitas juga, misalkan 1 kilogram isi 16 sampai 17 butir maupun isi 15 butir, maka harga beda. Yang membedakan jenis, disesuaikan warna, kalau di pasar warna agak putih itu murah karena tipis, kalau tebak dan warna agak merah, mahal. Jenisnya beda-beda, maka kalau ada konsumen komplain lihat jenisnya,” jelasnya.

Kondisi telur-telur itu sebetulnya sudah disortir dari peternakan sebagai tempat produksi telur.

Oleh sebab itu, telur yang berkualitas bagus dan kurang bagus, sudah dibedakan.

BACA JUGA :  Pusat Ekonomi Jadi Sasaran Operasi Premanisme di Jepara

Selama ini telur yang beredar di pasar tradisional Kabupaten Pati merupakan produksi lokal dalam kota dan luar daerah.

Namun, persentase terbanyak tetap dari peternak Kabupaten Pati sendiri.

“Telur dari peternak biasanya ada yang dari Blitar, Bojonegoro ada di daerah Jawa Timuran. Namun, ada juga yang berasal dari Pati sendiri, karena stok peternak kita mencukupi,” ungkapnya.

Kebutuhan telur biasanya terserah dari pedagang mau mendatangkan dari peternakan mana.

Namun, Disdagperin Kabupaten Pati tetap menyarankan pedagang memprioritaskan beli telur dari peternak lokal Kabupaten Pati.

“Bergantung masing-masing pedagang punya kerja sama pedagang luar, kita kan ada di Blitar, ada Bojonegoro. Kalau telur dari peternakan Pati sendiri dibanding peternak luar, lebih banyak lokal karena Disdagperin mengarahkan pedagang pasar memprioritaskan ambil peternak lokal,” tandas Wardi.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini