Dinkes Pati Tidak Anjurkan Fogging untuk Pemberantasan DBD

waktu baca 3 menit
Sabtu, 9 Des 2023 15:09 0 623 Singgih Tri
PENCEGAHAN: Suasana fogging untuk memberantas nyamuk DBD. (Mondes/dok. Dinkes Pati) 

 

PATI – Mondes.co.id | Saat ini hujan sudah tiba, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pati mengimbau masyarakat Bumi Mina Tani waspada akan merebaknya penyakit DBD. Dinkes Kabupaten Pati memperingatkan agar masyarakat menjaga Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dimanapun, khususnya di beberapa area lembab.

 

Menurutnya, nyamuk Aides Aygepti muncul di area yang memiliki kelembaban seperti kamar mandi, closed, genangan air, dan beberapa tanaman-tanaman tertentu dengan daun berkantung. Maka dari itu, ia mengajak seluruh masyarakat melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

 

“Menghadapi musim penghujan yang tiba tentu tempat-tempat akan semakin lembab, dikhawatirkan tempat tersebut menjadi sarang perindukkan nyamuk Aides Aygepti. Makanya, WC, bak mandi, genangan-genangan air lainnya perlu dibersihkan dengan PSN,” ungkapnya kepada Mondes.co.id beberapa waktu lalu.

 

PSN menjadi upaya efektif untuk memberantas nyamuk DBD dari jentik-jentik maupun dewasa. Oleh sebab itu, masyarakat musti telaten dalam menjaga kebersihan lingkungan dengan cara PSN. Karena menurutnya upaya fogging tidak efektif karena hanya mampu menjangkau nyamuk dewasa saja.

 

“Langkah utama PSN, karena fogging sangat tidak efektif. Sejak 2017 lalu, pemerintah mencanangkan program PSN ‘Sikat Wae’ (dalam bahasa Indonesia ‘sikat saja’). Dinkes, dokter, petugas puskesmas dan masyarakat turut ikut serta melakukan PSN di tempat-tempat yang berpotensi jadi perindukan nyamuk Aides Aygephti,” tuturnya.

Ia menjelaskan ketidak efektifan penggunaan fogging mulai dari biaya operasional mahal, tenaga ahli yang terbatas, serta bahaya pencemaran udara, terutama bila menggunakan malation di sembarang tempat. Selain turun ke masyarakat, promkes mengedukasi lewat media sosial, poster, serta flayer agar PSN jadi cara yang paling utama, bukan malah dengan fogging yang justru menimbulkan efek samping tidak baik.

BACA JUGA :  Rumini Peraih Kartini Awards Bangga Karyanya Dikoleksi Wakil Menteri HAM RI

 

“Fogging banyak kekurangannya, pertama mahal biaya operasionalnya satu titik Rp 2.700.000, kalau dua titik bisa Rp 5.400.000. Perlu tenaga khusus yang terlatih, kami ada tiga tim. Bahan yang digunakan ada malation yang bersifat insect yang dicampur solar untuk memunculkan pengasapan bertekanan tinggi. Perlu pertimbangan untuk menggunakannya karena bersifat membunuh hewan, bisa-bisa bahaya jika ada hewan peliharaan di sekitar,” ujarnya.

 

Perlu ada pertimbangan khusus menentukan area yang layak untuk fogging. Menurutnya, fogging baru bisa dilakukan ketika ada penderita DBD yang meninggal. Di sanalah tim fogging terjun untuk melakukan pengasapan di tempat-tempat di sekitar Tempat Kejadian Perkara (TKP), biasanya 100 rumah.

 

Lebih lanjut ia mengatakan tempat-tempat seperti sekolah maupun pondok pesantren dikhawatirkan menjadi sasaran paling rawan datangnya nyamuk Aides Aygepti. Ditambah, nyamuk tersebut mulai berkeliaran di antara pukul 09.00-10.00 ketika anak-anak di satuan pendidikan beraktivitas. Pihaknya pun juga mengerahkan tim promkes untuk agenda Angka Bebas Jentik (ABJ) yang mengecek tempat-tempat lembab di sekitar sekolah.

 

Di samping itu, tiap minggu upaya kerja bakti di sekolah selalu didorong demi menangkal adanya sarang nyamuk DBD. Pihaknya menekankan pentingnya menjaga Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), termasuk menjaga lingkungan dari sampah-sampah serta membersihkan area-area yang berpotensi menjadi tempat nyamuk.

 

“Di Pati ada promkes melalui ABJ yang memastikan angka bebas jentik, mereka memeriksa tempat-tempat lembab, di kamar mandi, WC, bunga-bunga dengan daun kantung, serta tempat pembuangan akhir. Kebersihan lingkungan dan kerja bakti harus dilakukan untuk menjaga PHBS,” ujarnya.

 

Dirinya berpesan kepada masyarakat agar bersinergi memutus rantai siklus nyamuk DBD dengan PSN. Dengan PSN, nyamuk dari telur hingga dewasa dapat diberantas. Bilamana dibutuhkan fogging, maka hanya di situasi darurat saja.

BACA JUGA :  Kebakaran Hutan Mengancam, Tiga Pilar Bersatu

 

“Dinkes berpesan bahwa penyakit DBD khusus dari Aides Aygepti kita tidak bisa andalkan lagi fogging, kecuali darurat. Diketahui, siklus nyamuk berulang, maka dengan adanya PSN akan memutus rantai siklus nyamuk DBD itu sendiri. Dengan PSN, mereka tidak betelur lagi karena perindukkannnya sudah kita berantas, apalagi kalau PSN-nya bisa serentak,” tandasnya.

Editor: redaksi

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini