PATI – Mondes.co.id | Garam merupakan produk unggulan Kabupaten Pati. Bahkan, garam di Kabupaten Pati tidak pernah ada habisnya.
Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Pati melalui Pembina Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan, Ari Wibowo, memaparkan jika harga garam amat sangat fluktuatif di tingkat tambak. Menurutnya, harga garam selalu berubah-ubah tiap saat.
“Bukan lagi per hari, bahkan update harga garam tiap jam berubah-ubah, karena dasarnya menuruti permintaan. Kalau permintaannya banyak barangnya sedikit, maka harga garam akan naik,” ujarnya saat diwawancarai Mondes.co.id, Sabtu, 4 Januari 2025.
Untuk saat ini, harga garam Rp700 per kilogram di level petambak. Sedangkan, harga garam di tingkat pedagang, untuk garam bata di angka Rp800 per kilogram dan garam halus di angka Rp11.000 per kilogram.
“Kalau di tingkat tambak harga garam kisaran Rp650 sampai Rp700 per kilogram. Saat ini Rp700, bisa jadi besok atau nanti sore berubah.
Ia mengatakan, harga garam memiliki perbedaan di setiap tempatnya, baik itu di gudang, truk, maupun di tambak.
Sehingga, tiap lokasi yang berbeda, ada selisih harga dari garam.
“Harga di gudang garam beda lagi, ada selisih harga langsung, dibanding tambak,” ungkap Ari.
Menurut Ari, para petambak lebih menginginkan cepat dapat uang dari hasil panen garamnya, itu sebabnya baru 3 hari produksi mereka sudah berani memanen.
Padahal, masa berlangsungnya proses produksi garam cocok selama 10 hari.
“Proses produksi garam tidak ada masalah selama air baku mencukupi, yang sangat diharapkan di harga. Produksi garam secara teruji 10 hari. Akan tetapi karena urusan perut atau kebutuhan rumah, maka tangga petambak hanya memproduksi garam 3 hari saja, dari panen yang penting dapat duit,” ungkapnya.
Selama harga bagus, mereka beramai -ramai memproduksi garam dengan meningkatkan kualitas.
Petambak garam berpikir maju untuk mengejar kualitas garam mereka agar untung.
Ia memastikan pasokan garam di Kabupaten Pati selalu tersedia.
Hal itu dipicu dari banyaknya pelaku usaha rumahan yang mengolah garam untuk kebutuhan konsumsi.
“Garam banyak di stok di gudang garam-garam mereka, tetapi kami hanya memiliki akses di petambak-pertambak biasa. Stok di Pati ndak pernah habis karena para pengolah selalu membutuhkan bahan baku garam mentah,” ujarnya.
Sebagai informasi, industri garam olahan di Bumi Mina Tani sangat banyak.
Mereka selalu membutuhkan bahan baku untuk membuat garam guna kebutuhan konsumsi.
Jika stok lokal habis, maka pelaku usaha selalu mendatangkan dari luar daerah.
“Di Pati banyak pengolah, ada garam briket, stok di Pati pasti ada karena banyak pengrajin garam, kadang mereka kalau kehabisan mendatangkan dari Rembang bahkan Jawa Timur. Di sini ada pengolah, makanya harus tetap ada stok, kita paling banyak, makanya stok kita selalu ada, beda dengan Rembang, Jepara, Demak yang sangat minim bahkan tidak ada,” tuturnya.
Sementara, harga garam di tingkat konsumsi kini berada di angka Rp800 per kilogram. Hal ini terdapat selisih dibanding harga garam di tingkat tambak.
“Harga garam KW 1 masih Rp800 per kilogram. Tidak ada kenaikan maupun penurunan, alias tetap,” ujar pelaku usaha pengolahan garam asal Desa Lengkong, Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati, Sri Winarti.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar