PATI – Mondes.co.id | Langkah yang penuh semangat, seorang penari muda membuka lembaran hidupnya di atas panggung tari. Bakatnya yang gemilang, tidak terlepas dari cinta dan minat mendalam sejak dini, yang tumbuh berkat dorongan kuat dari motivasi diri, serta dukungan hangat orang tua.
Seiring berjalannya waktu, perjalanan panjangnya dalam dunia tari menjadi bukti nyata bahwa kegigihan dan cinta pada seni dapat membawa seorang Vita mampu menjadi penari profesional.
Ia bernama lengkap Devita Octaningtias, wanita asal Pati itu merupakan sosok penari muda yang berbakat. Kemampuan yang dimiliki wanita 24 tahun tersebut menjadi kebanggaan, serta layak diteladani oleh para generasi muda. Kini, dirinya tak hanya tampil sebagai penari, Vita juga memainkan peranannya sebagai sosok yang mengajarkan seni tari kepada anak-anak muda di sekitar.
Saat diwawancarai Mondes.co.id, Vita mengaku bahwa bakatnya mulai diasah sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Dirinya mulai berlatih berbagai gerakan tari dan mendalami jiwa seninya kala masih belia. Hingga akhirnya Vita menekuni dunia seni tari.
“Awalnya karena orang tua terutama ibu, dari kecil memasukkan ke dalam suatu sanggar ketika berusia 6 tahun. Dari situ mungkin pertama kali. Orang tua ingin putrinya memiliki kegiatan di luar sekolah dan menginginkan putrinya memiliki bakat, maka dengan berjalannya waktu saya nikmati proses latihan,” ucapnnya kepada Mondes.co.id, Sabtu, 18 November 2023.
Singkat cerita, pada saat duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), ia kerap tampil di acara sekolah maupun luar sekolah, bahkan kini seringkali Vita pentas menari pada pembukaan acara resmi maupun gelaran kesenian akbar.
“Sewaktu SMA pentas pembukaan acara di sekolah, luar sekolah, dan mengikuti lomba-lomba di kabupaten. Untuk sekarang ini pentas di acara resmi pembukaan rapat-rapat dan kegiatan sanggar,” ujarnya.
Bukan hanya manggung, ia juga ikut berbagai ajang perlombaan di tingkat SMA serta memenangi juara 1 lomba tari berpasangan tingkat Kabupaten Pati pada 2016 silam. Lalu ia juga pernah meraih juara 3 tari kreasi. Berangkat dari situ, dirinya tampil di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) mewakili Kabupaten Pati.
“Saya pernah lomba tari berpasangan mendapatkan juara 1, tari kreasi juara 3, ikut perlombaan kisaran dari tahun 2016 sampai 2017 di tingkat kabupaten. Saya sangat bangga karena sebelum-sebelumnya perwakilan dari SMA saya belum pernah ada yang bisa mendapat juara 1 di tingkat Kabupaten Pati. Maka dari itu, ini adalah sebuah penghargaan yang sangat bersejarah bagi saya, bapak/ibu guru, maupun sekolah,” ucapnya dengan rasa bangga.
Bagi wanita yang mengidolakan sosok Didik Nini Thowok, menelateni tari memerlukan kemampuan olah wirasa, wiraga, wirama. Menurutnya hal paling menantang dari tarian datang pada kemauan diri sendiri. Maka dari itu, bila ingin tampil harus berlatih dengan keras untuk menyajikan performa terbaik.
“Tidak ada yg mudah dan susah, mungkin lebih ke basic masing-masing dan semua bisa dipelajari. Tidak ada tantangan maupun pantangan, lebih ke diri sendiri jika belum bisa tari yang akan ditampilkan, maka harus berlatih keras untuk bisa dan menampilkan yang terbaik,” ungkap gadis asal Gabus.
Penyuka tarian kontemporer itu, kini tak hanya tampil untuk skill individunya. Wanita yang juga kerap disapa Devi itu, menjalani profesinya sebagai guru seni tari di SMA Negeri 1 Kayen.
Tanggung jawab Devi kini tak hanya berlatih, melainkan juga melatih siswa-siswinya sebagai generasi penerus yang tertarik di dunia seni tari. Ia selalu melatih seni tari di jam reguler maupun ekstrakurikuler.
“Sekarang saya mengajar tari dan pembina ekskul seni tari, serta rias. Untuk berlatih dan melatih biasanya di rumah, sanggar, sekolah, kampus,” sebut Devi.
Devi mengatakan, melatih tak semudah berlatih. Baginya bukan jadi masalah, karena sebagai seorang pengajar ia semestinya memotivasi dan menanamkan minat di dunia seni tari bagi anak didik. Dari jerih payahnya, anak didik Devi sukses menjuarai tari kreasi tingkat SMA/SMK se-Jawa Tengah.
“Sulit mengajari, mungkin karena faktor siswa yang kurang luas dan akan menjadi mudah jika memiliki kemauan berlatih secara rutin. Semua bisa saya lalui dengan rasa optimis. Pada 2022 lalu. anak didik saya yang ikut ektrakurikuler seni tari di salah satu universitas mendapatkan juara 1 tari kreasi tingkat SMA/SMK se-Jateng,” ungkapnya.
Dirinya berpesan kepada semua pihak agar terus melestarikan kesenian dan kebudayaan dengan baik.
“Tetaplah berbudaya dan melestarikan kesenian-kesenian yang sudah ada, kemudian kembangkan dengan baik lalu ciptakan karya baru berikutnya,” pungkas Devita.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar