Dari Lapak Pecel ke Ruang Kelas, Perjalanan Inspiratif Risma Menuju Dunia Pendidikan

waktu baca 5 menit
Rabu, 26 Feb 2025 09:01 2 552 Singgih Tri

BLORA – Mondes.co.id | Di balik setiap perjalanan hidup seseorang, seringkali terdapat kisah penuh keteguhan, pengorbanan, perjuangan dan harapan yang tak pernah padam.

Kisah ini datang dari sosok perempuan bernama Risma Tri Kurniawati dalam meniti karir yang menjadi inspirasi bagi banyak orang.

Pasalnya, perempuan kelahiran Blora, 18 April 1998 ini berhasil menapaki terjalnya jalan menuju dunia pendidikan yang tak terbatas.

Perjalanan panjangnya membuktikan bahwa impian tidak mengenal status sosial, batas waktu, maupun usia.

Diketahui, Risma lulus sarjana pada 2020 di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Melalui masa-masa tugas akhir di tengah hantaman Covid-19, ia pun menghadapi kenyataan yang tak mudah.

Awalnya merasa tenang karena sempat mendapat tawaran dari Selly Sagita seorang pemilik Borobudur Silver, dan rekan dari The Sudarmanto Family untuk mengajar di Olifant School.

Sayang, kesempatan ini belum berpihak padanya, akibat pandemi Covid-19 semua peserta didik harus daring.

“Lulus kuliah 2020, saya menghadapi situasi yang sulit. Awalnya merasa rnang karena sempat ditawari Bu Selly Sagita pemilik Borobudur Silver dan rekan dari The Sudarmanto Family untuk mengajar di Olifant School. Namun kesempatan ini belum berpihak pada saya akibat pandemi Covid-19 yang mengharuskan siswa belajar online dari rumah,” tuturnya saat diwawancarai, pada Selasa, 25 Februari 2025.

Seiring berjalannya waktu, dunia kerja di bidang pendidikan belum juga terbuka lebar untuknya.

Namun, Risma tidak menyerah begitu saja, tekadnya yang kuat memotivasinya jadi perempuan mandiri tanpa ada embel-embel sponsor orang tua.

BACA JUGA :  Jalur Alternatif Desa Ngagel-Penggung Bakal Ditutup, Ada Apa?

“Bisa saja saya memanfaatkan privilege kedua orang tua yang juga berprofesi sebagai guru untuk menghantarkan menjadi seorang pendidik. Lagi-lagi pilhan ini tidak saya ambil,” ujar Risma menceritakan pengalamannya.

Tekad bulat membawa dirinya keluar dari Blora dan pindah ke Yogyakarta.

Di Kota Gudeg, Risma mengawali usahanya. Dengan menumpang di rumah kosong milik rekannya, ia membuka kafe depan rumah tersebut karena letaknya di tengah-tengah kota.

Lagi-lagi, nasib baik belum berpihak padanya, lantaran kafe yang dibangunnya sepi pembeli, bisa jadi karena jalan depan rumahnya searah.

Tak berhenti di situ, ia memutar otak agar bisa bertahan hidup di perantauan dengan jerih payah sendiri, hingga muncul ide untuk berjualan Sego Pecel khas Blora di tepi jalan raya.

“Sebenarnya itu juga ide yang mendadak, saya hanya berpikir bagaimana bisa mendapatkan uang untuk bertahan hidup di perantauan saat pandemi. Kakak saya menyarankan untuk berjualan pecel dengan bungkus daun jati karena saat itu belum ada di Yogyakarta tepatnya di sekitar Kampus Akademi Akutansi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara (AA YKPN),” ungkap Risma.

Dengan gelar sarjana yang disandang dan di saat sebagian besar teman seangkatan sudah berkarir menjadi seorang guru, tak menghambat keinginannya dalam berjualan sego pecel.

Tak ada rasa malu, minder maupun menyalahkan keadaan di benaknya.

Meski di ambang ketidakpastian, ia tetap yakin bahwa usahanya memanfaatkan peluang yang ada tidak akan sia-sia.

Bagaimana tidak? Di awal ia merintis usahanya tidak langsung laku, bahkan untuk sekedar kembali modal saja cukup sulit.

“Hari pertama jualan sego pecel godong jati itu cuma laku 3 bungkus, bahkan pernah tidak laku sama sekali. Lalu semakin lama banyak orang Blora yang merantau di sana mengetahui jualan saya. Sambal pecel khas Blora cocok dengan lidah mereka, sehingga mereka tertarik kembali lagi, Alhamdulillah jualan makin ramai sampai di titik penghasilan bersih Rp500 ribu per hari,” imbuhnya.

BACA JUGA :  Kecanduan Video Dewasa, Ayah Tega Rudapaksa Putri Kandung

Dapat dikatakan, penghasilan Risma saat itu lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhannya.

Namun, ia merasa ada mimpi membahagiakan kedua orang tua yang belum terwujud.

“Rasanya seperti angin yang tidak tahu arah jalan pulang. Setiap hari merasa ada beban untuk menyelesaikan mimpi, mimpi kedua orang tua dan keluarga untuk menjadi guru,” jelasnya sambil terharu.

Pertengahan 2022 mulai ada titik balik yang membawanya kembali ke dunia pendidikan.

Adanya progam Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan membuatnya tertarik mengikuti.

Dengan rela meninggalkan lapak sego pecel, pendidikan selama dua semester ia lakoni dengan penuh semangat hingga lulus.

Perjalanan menempuh PPG Prajabatan tidak mudah, ia khawatir jika pengorbanannya sia-sia.

Ia takut dunia pendidikan tidak memberikannya peluang menjadi seorang guru.

Kekhawatirannya terjawab setelah lulus, di mana pemerintah memberikan kesempatan kepada PPG Prajabatan untuk bisa mendaftar Seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Guru tahun 2023.

Gerbang menuju ke arah lebih baik mulai terbuka, Risma tak menyia-nyiakan kesempatan itu dengan mendaftar di Kota Mustika.

Dirinya merasa perlu kembali di daerah asalnya untuk mengabdikan diri dan memberikan manfaat ilmu yang diperolehnya selama ini.

“Kekhawatiran terjawab usai lulus PPG mendapat kesempatan Seleksi PPPK Guru tahun 2023. Kemudian, saya tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk mendaftar di kota kelahiran saya, Blora,” ucap perempuan yang memiliki akun media sosial @risma_tk.

Bersaing dalam formasi umum PPPK Guru tahun 2023 tentu tidak mudah.

Oleh karena itu, ia berusaha semaksimal mungkin untuk belajar mengerjakan soal tes dari buku, media sosial maupun YouTube, hingga pada akhirnya ia lolos.

Ia resmi dilantik sebagai guru kelas di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Semampir, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora.

BACA JUGA :  Puluhan Korban Predator Seksual Asal Kalinyamatan Mendapat Pendampingan

“Keberhasilan ini bukan hanya kemenangan pribadi, tetapi juga sebuah bukti nyata bahwa pendidikan dapat mengubah nasib dan membuka peluang yang lebih luas, bahkan setelah melewati berbagai rintangan. Saya kini berdiri di depan kelas, bukan lagi sebagai penjual sego pecel, melainkan sebagai seorang pendidik yang bertanggung jawab membentuk generasi penerus bangsa,” tegasnya.

Perjalanan hidup Risma mengajarkan kita bahwa pendidikan adalah jembatan yang dapat menghubungkan antara cita-cita dan kenyataan, antara impian dan kerja keras.

Risma telah membuktikan bahwa tidak ada kata terlambat untuk mencapai tujuan, dan bahwa seseorang tidak perlu terjebak dalam satu jalan saja untuk menemukan arti kehidupan yang lebih besar.

Risma dikenal sebagai sosok yang inspiratif oleh berbagai pihak, bahkan kepala sekolah (Kepsek)-nya, Andri Wibowo mengakuinya.

Menurut Andri, sekolahnya beruntung memiliki guru seperti Risma. Apalagi, Risma memiliki kapasitas untuk proses mencapai visi dan misi sekolah.

“Dia sosok social butterfly (istilah kekinian dari ramah dan suka bergaul), inspiratif dan loyalitas. Beruntung punya guru seperti Bu Risma, kebetulan di SD saya butuh tenaga guru muda yang kreatif, inovatif, dan tidak gaptek (gagap teknologi) untuk memperbaiki proses pembelajaran guna mencapai visi dan misi di sekolah saya,” katanya.

Editor: Mila Candra

2 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Itsme!
    3 bulan  lalu

    So proud of you Riss 😭😭🥰🥰

    Balas
    audina
    3 bulan  lalu

    Keren banget!!!

    Balas
LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini