Cuaca Panas Dikeluhkan Petani Tembakau pada Musim Tanam Pertama

waktu baca 2 menit
Senin, 27 Mei 2024 15:25 0 485 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Petani tembakau di Bumi Mina Tani mulai menanam di musim tanam pertama (MT 1) per Mei 2024 ini.

Namun, kondisi panasnya cuaca di musim kemarau, dikeluhkan oleh para petani.

Menanam tembakau akan sulit jika kondisi lahan terlalu kering, apalagi MT 1 bersamaan dengan musim kemarau. Hal itu disampaikan oleh petani tembakau asal Kabupaten Pati, Sudarto kepada Mondes.co.id, Senin (27/5/2024).

“Cuaca terlalu panas di musim tanam ini karena memang musim kemarau. Namun, ketika hujan jangan sampai kebanyakan, karena tembakau juga tidak baik ketika tergenang air,” ucapnya.

Pria yang juga merupakan Sekretaris Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Pati tersebut mengungkap bahwa tumbuh kembang tembakau kurang optimal bila kekurangan pasokan air, maka dari itu irigasi harus lancar.

Selain itu, ketika pasokan air terlalu banyak, juga akan membuat tembakau gugur.

“Saya harap ada hujan turun, tetapi jangan sampai tergenang. kalau tergenang air, tembakau langsung mati,” tutur pengurus organisasi yang bergerak di bidang pertembakauan.

Sejauh ini, Sudarto mengairi lahannya dengan sumur dangkal. Beberapa petani yang lain juga melakukan hal yang sama.

Terlebih pemerintah telah memberikan bantuan sumur dangkal di beberapa lahan yang berlokasi di Kecamatan Jaken, mengingat kawasan tersebut menjadi sentral komoditas tembakau di Kabupaten Pati.

Sedangkan, bagi petani yang tidak memperoleh air dari sumur, mereka rela mendatangkan air dalam tangki, guna mendukung tanaman tembakau mereka.

BACA JUGA :  Karimunjawa Digelontor Beras Cadangan Pangan untuk Hadapi Musim Baratan

“Ada bantuan sumur dangkal yang sudah terealisasi 3 unit di Desa Kebonturi, tapi karena hampir semua petani menanam tembakau untuk tahun ini, jadinya sumur dangkal bantuan juga sudah dimanfaatkan,” ungkapnya ketika ditanya.

Ia sendiri mengaku tidak menggunakan sumur dangkal dari pemerintah, karena sumur dangkal bantuan tersebut diakses oleh para anggota kelompok tani yang ia pimpin.

Sehingga Sudarto memilih memanfaatkan sumur dangkal miliknya sendiri.

“Lahan tembakau diairi dari sumur, kalau yang punya. Tapi kalau yang tidak punya sumur maka petani membeli air tangki untuk penyiraman. Kalau saya pakai sumur dangkal bukan bantuan, yang sumur bantuan saya arahkan untuk dimanfaatkan anggota,” ucap Sudarto.

Petani pun berharap agar selama penanaman tembakau, diberikan berkah berupa hujan.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini