PATI – Mondes.co.id | Warga Kabupaten Pati, utamanya yang berada di sekitar Pegunungan Kendeng merayakan upacara bendera dengan cara unik.
Warga setempat menggelar upacara dengan tata cara tradisi lokal di Gua Pancur, Desa Jimbaran, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, kemarin.
Acara tersebut mengangkat tema “Lestari Bumiku, Lestari Indonesiaku”.
Memiliki makna yang mendalam, supaya mengajak seluruh elemen melestarikan bumi, khususnya Pegunungan Kendeng yang membentang.
Perayaan upacara rakyat itu dibalut dengan kesederhanaan yang dipimpin oleh tokoh Sedulur Sikep, Gunretno.
Bahkan petugas upacara menggunakan pakaian adat, lantunan Indonesia Raya diiringi instrumen lesung, dan pengibaran Sang Saka Merah Putih dengan cara memanjat tiang, sehingga jauh dari istilah modern, sebagaimana digelar di kantor-kantor kedinasan.
Upacara rakyat yang dipelopori oleh Sedulur Sikep itu juga menghadirkan 21 unsur perwakilan elemen masyarakat, mulai dari petani, mahasiswa, butuh, aktivis dan lain sebagainya.
Serta dihadiri dari perwakilan aktivis dari berbagai suku seperti Aceh, Badui, Dayak, dan lain masih banyak lagi.
Lebih menariknya, artis papan atas pun turut memeriahkan upacara rakyat di kawasan Pegunungan Kendeng itu.
Artis Melani Soebono hadir dengan menyampaikan untaian pesan bermakna serta menghibur dengan membawakan lagu-lagu perjuangan rakyat.
Salah satu petugas pengiring lagu Indonesia Raya menggunakan lesung, Sumari (60) menuturkan bila kegiatan itu sangat bermakna sekali bagi masyarakat, utamanya warga Pegunungan Kendeng yang tak pernah lelah memperjuangkan kelestarian lingkungan.
Menurutnya, perjuangan masyarakat Pegunungan Kendeng menjaga bumi, terus menyala.
“Saya dan yang lain, jumlahnya 5 orang dari satu dusun memukul lesung ngiringi lagu Indonesia Raya. Acara upacara rakyat tadi pagi sampai siang, dihadiri oleh 21 perwakilan, artis Melani Soebono, dan warga,” ungkapnya kepada Mondes.co.id.
Sementara, peserta upacara yang hadir dalam kesempatan itu larut dalam penuh penghayatan.
Windi (27) yang merupakan warga Desa Kedumulyo, Kecamatan Sukolilo mengikuti upacara rakyat dengan khidmat, karena baginya upacara tidak harus digelar dengan cara modern, justru dengan cara tradisional semacam ini lebih mengandung makna mendalam.
“Menurutku merayakan kemerdekaan gak harus modern seperti di luas sana karena ini lebih bener-bener mencintai, guyup rukunnya ada, kesederhanaannya ada. Selama upacara dilakukan penuh sederhana, menarik bendera gak pakai tali, tapi pengibar benderanya menaiki tiang untuk mengikatnya di atas,” ujarnya.
Dengan upacara rakyat, Windi merasakan kekeluargaan antar masyarakat dalam merayakan tradisi lokal.
Berbagai lapisan masyarakat mulai dari petani, mahasiswa, buruh, budayawan dan lainnya turut menguri-uri budaya yang diwariskan oleh nenek moyang.
“Benar-benar nguri-uri zaman dulu nenek moyang. Semua dalam kesederhanaan, ada petani dan lain-lain. Meski di desa upacaranya kerasa di hati,” tuturnya.
Selain itu, kegiatan juga dikemas menarik. Melani Soebono hadir memeriahkan dengan memantik semangat perjuangan warga. Kemudian, masyarakat guyub dalam brokohan.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar