Bukan Hanya Bahasa Jawa, Mapel Seni Budaya di Sekolah Juga Sudah Minim

waktu baca 3 menit
Sabtu, 27 Jul 2024 10:21 0 454 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Saat ini, mata pelajaran Bahasa Jawa dan Seni Budaya sangat minim diajarkan di sekolah-sekolah.

Kondisi ini memicu rendahnya pelestarian Bahasa Ibu dan merosotnya tradisi masyarakat Jawa, salah satunya di Kabupaten Pati.

Menurut Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Pati, Bahasa Jawa dan Seni Budaya tidak bisa dipisahkan karena saling terkait satu sama lain.

Dalam Bahasa Jawa, terdapat nilai-nilai adiluhung untuk dilestarikan, seperti tata krama dan unggah-ungguh yang menjadi kebudayaan orang Jawa termasuk Kabupaten Pati

“Makanya Seni Budaya ini terdapat nilai adiluhung, di Pati harus kita lestarikan supaya memberikan pembelajaran tata krama, unggah-ungguh di Bahasa Jawa di Pati,” ucap Paryanto selaku Sekretaris Disdikbud Kabupaten Pati ketika diwawancarai.

Sebagai alternatif, pemerintah daerah (Pemda) bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) untuk menginternalisasikan nilai-nilai kebudayaan Jawa melalui Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) dan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).

Hal ini diungkapkan oleh Paryanto dulunya berpengalaman menduduki posisi Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Disdikbud Kabupaten Pati kepada Mondes.co.id, Sabtu (27/7/2024).

“Secara masif, GSMS sejak 2017 mempengaruhi sekolah mengajarkan materi Bahasa Jawa dan Seni Budaya, sehingga dengan karya-karya itu, siswa bisa tahu tentang aplikasi ilmu yang sebenarnya. Apalagi kini sudah ada P5, jadi lebih mendingan, kalau anak kita berikan pembelajaran masih bisa,” ungkapnya.

Selain itu, ia menganggap bahwa kompetensi guru di satuan pendidikan kurang cakap dalam hal Bahasa Jawa. Pasalnya, sejak masa pendidikan di bangku kuliah, para guru tidak dibekali mata kuliah Bahasa Jawa yang cukup.

BACA JUGA :  Longsor dan Jembatan Ambrol, Jalan Sumbersoko-Tompegunung Terputus

“Zaman saya sekolah atau kuliah, ada materi Bahasa Jawa. Sekarang kan perkuliahan sudah jarang ada, sehingga guru sekarang ketika ditanya Bahasa Jawa sangat sulit, padahal di negara lain perkuliahan ada Bahasa Jawa,” ujarnya.

Kendati demikian, ia masih optimis Bahasa Jawa bisa tetap lestari dengan adanya peran serta Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah.

Di samping itu, setiap tahun ada rapat koordinasi (rakor) secara bertahap mengenai penataran Bahasa Jawa.

“Kini sudah ada Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah punya Kemendikbud, tiap tahun ada rakor dengan kita. Kemudian ada acara bertahap penataran Bahasa Jawa,” katanya

Di sisi lain, Anggota Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pati yang vokal dalam menyuarakan pendidikan, Muntamah menyoroti adanya sulitnya anak-anak sekolah menguasai materi Bahasa Jawa.

“Sebagian besar harus ada yang tetap mempelajari Bahasa Jawa itu, khususnya Aksara Jawa,” tutur politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Ia juga mendorong agar orang tua memberi motivasi kepada anak untuk mempelajari Aksara Jawa.

“Kalaupun ada anak-anak yang punya bakat minat di situ (pelajaran Bahasa Jawa), orang tua dan guru harus memberikan dorongan penyemangat,” pesannya.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini