REMBANG – Mondes.co.id | Setiap tahun, tradisi kupatan menjadi momen yang dinanti untuk memohon maaf. Dalam suasana lebaran, kupatan menjadi jembatan pengampunan di antara sesama.
Namun, hal itu berbeda dengan yang dilakukan warga Kabupaten Rembang. Setelah bermaaf-maafan dengan sesama manusia, tak lupa mereka meminta maaf kepada alam dan lingkungan.
Kegiatan tersebut dilakukan melalui sarana ketupat atau kupatan. Tepat di momentum Syawal, para warga Kabupaten Rembang yang bermukim di lereng Pegunungan Kendengan menyelenggarakan tradisi bernama Kupatan Kendeng.
Tersirat makna yang mendalam di kegiatan tradisi tahunan itu. Menurut salah satu aktivis lingkungan yang aktif menyuarakan kelestarian Pegunungan Kendeng, Joko Prianto, Kupatan Kendeng berangkat dari adanya keprihatinan pada masalah lingkungan yang selama ini dirusak oleh sejumlah manusia serakah.
Penambangan yang merusak kelestarian Pegunungan Kendeng berpotensi mendatangkan amarah dari alam, sehingga manusia diyakini harus minta maaf.
“Ini 11 tahun Kupatan Kendeng, kenapa kami melakukan kegiatan seperti ini karena punya latar belakang. Berawal dari adanya keprihatinan persoalan lingkungan yang selama ini ditambang,” ujar Joko Prianto, Selasa (16/4/2024).
“Dengan momen ini satu hal menurut kami perlu dilakukan, yaitu meminta maaf kepada alam!” tegas pria yang juga merupakan aktivis Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) itu.
Ia yakin, selama ini manusia sudah saling bermaaf-maafan satu sama lain, tetapi mereka kurang peka pada alam, sehingga lupa meminta maaf. Padahal perilaku manusia sudah sering berbuat salah kepada alam.
“Karena selama ini kita lupa meminta maaf kepada alam, yang selama ini kita sudah banyak berbuat salah pada alam,” sambungnya.
Sebagai informasi, acara tersebut mengusung tema “Kendeng Nguripi Kwalat Lamun Ora Ngopeni”. Acara diawali dengan Temon Banyu Beras yang dilakukan di Sumber Pasucen, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang pada Minggu (14/4) lalu. Di malam harinya, acara berlanjut dengan Lamporan di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang.
Setelah itu, kegiatan memasuki puncaknya yakni arak-arakan Kupat di Desa Timbrangan, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang pada Senin (15/4).
Acara tersebut digagas oleh JMPPK, sebuah organisasi yang selama ini masif menyuarakan kelestarian lingkungan dan penolakan eksploitasi lingkungan, khususnya Pegunungan Kendeng.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar