Baru Masuk Besoknya Resign, Banyak Gen Z di Pati Tak Betah Kerja?

waktu baca 3 menit
Senin, 7 Jul 2025 10:26 0 78 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Kabupaten Pati mulai bergerak di sektor industri, ditandai dengan banyaknya perusahaan yang mulai masuk di Bumi Pesantenan.

Hal ini jelas menguntungkan bagi pemerintah daerah (Pemda) untuk mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Selain itu, keuntungan masuknya pabrik-pabrik besar di Kabupaten Pati, memudahkan pemuda/pemudi mendapatkan peluang kerja di kota sendiri.

Namun, hal itu ternyata bukan solusi untuk mengatasi perkembangan generasi masa kini, utamanya para Generasi Z (Gen Z).

Berdasarkan pantauan Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Pati, beberapa anak muda di Kabupaten Pati sangat membuat geleng-geleng.

Pasalnya, usia produktif untuk bekerja kurang dimanfaatkan secara bijak dalam menjemput kesempatan yang ada.

Menurut Kepala Disnaker Kabupaten Pati, Bambang Agus Yunianto, Gen Z lebih banyak memutuskan untuk mengakhiri masa kontrak kerja secara dini tanpa berpikir panjang.

Padahal, di luar sana banyak orang mencari pekerjaan di kondisi-kondisi seperti ini.

“Dengan adanya Gen Milenial dan Gen Z, berpengaruh besar pada Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Katakanlah ada rekrutan masuk 1.000 pekerja, kemudian 200 dari mereka resign karena gak nyaman atau alasan yang tak diketahui,” ungkapnya saat ditemui awak media, Senin, 7 Juli 2025.

Ia heran dengan pola masyarakat Kabupaten Pati sekarang.

Ketika belum mendapat kerja sangat masif menanyakan info lowongan kerja (loker), tapi ketika sudah mendapat kerja, malah keluar dengan alasan yang tidak jelas.

“Pengaruh HP (Handphone) anak-anak pengen jadi Youtuber. Tapi tidak semuanya begitu, ada yang masuk langsung bekerja. Ada juga yang tiga hari baru kerja eh keluar, paling maksimal ada yang satu minggu lalu keluar,” ucapnya sembari mengelus dada.

BACA JUGA :  Tengkulak Pasang Harga Gabah di Atas Rp6.500 Perkilo, Begini Tanggapan Bulog Pati

Job di ruangan maupun di bagian produksi tidak jadi faktor penyebab maraknya karyawan keluar.

Setelah diamati, ternyata banyak pula pekerja anak usia muda yang ditempatkan di posisi enak, tetapi memilih keluar dengan sendirinya.

“Ada lagi ijazahnya Sarjana sudah diterima bagian kantor (ruangan) kan adem, dua hari setelah kontrak malah keluar, itu di HWI (PT Hwaseung Indonesia). Sinar Indah Kertas, dan pabrik lain di Pati juga sama,” lanjutnya sambil tertawa ngakak.

Menurutnya, pengaruh teknologi dunia maya membuat anak-anak muda kurang berminat bekerja sebagai karyawan di perusahaan besar.

Ia kadang menemukan anak muda usia Gen Z yang lebih memilih menjadi kreator digital ketimbang bekerja di pabrik.

Kendati demikian, fenomena itu tak menjadi masalah yang berarti, karena sebagian kecil dari langkah gegabah mereka tak berdampak apa-apa.

Pasalnya, perusahaan masih bisa merekrut karyawan baru.

Menurut perhitungannya, kondisi karyawan keluar dengan yang masuk yakni 1:10.

Hal itu dikarenakan masifnya pembukaan loker di Bumi Mina Tani.

“Karyawan cabut gak sampai meningkatkan pengangguran yang signifikan, karena kan perusahaan rekrut terus. Kalau secara perbandingan 1:10, 1 untuk mengibaratkan yang keluar, 10 untuk mengibaratkan yang masuk,” tutupnya.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini